bc

Istri Rahasia Kaisar

book_age16+
17
IKUTI
1K
BACA
family
HE
friends to lovers
arranged marriage
decisive
heir/heiress
bxg
like
intro-logo
Uraian

Kaisar terpaksa menikahi Alea, putri sahabat lama orang tuanya yang telah tiada. Di saat hatinya sudah dimiliki oleh wanita lain bernama Dias Aurelia, pernikahan itu terasa hambar. Alea tak memprotes—sikapnya yang dingin dan cuek membuat semuanya terasa semakin aneh.Namun hari-hari yang mereka jalani di bawah satu atap perlahan mengubah segalanya. Rasa penasaran tumbuh menjadi perhatian. Cinta yang awalnya tak diinginkan, justru mulai tumbuh diam-diam.Tapi ketika masa lalu datang mengetuk, dan rahasia tersembunyi terbongkar—termasuk keinginan Alea untuk tidak memiliki anak—hubungan mereka berada di ujung tanduk. Kaisar marah, Alea memilih pergi. Dan di sanalah Kaisar sadar, ia tidak ingin kehilangannya.Bisakah cinta yang tumbuh dalam keterpaksaan berubah menjadi sesuatu yang tulus dan utuh? Atau justru perpisahan adalah satu-satunya jalan?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Awal Pernikahan Terjadi
"Jangan senang dulu karena kamu telah berhasil menikah denganku. Karena sampai kapan pun ... bukan kamu wanita yang ada di hatiku!" Gerakan tangan Alea yang sedang membersihkan make-up di wajahnya terhenti. Menatap pantulan dari cermin di hadapan, melihat sosok lelaki yang sedang melepas kemeja putihnya. Lelaki bernama Kaisar Putra Nayaka yang baru saja menikahinya satu jam yang lalu. Hanya akad nikah yang dilanjutkan syukuran kecil-kecilan dan hanya mengundang keluarga inti dari pihak lelaki karena Alea sendiri sudah tidak memiliki siapa-siapa. Alea menolehkan kepalanya. Dengan ekspresi yang tak kalah dinginnya, perempuan itu dengan berani menjawab. "Jangan terlalu percaya diri jika aku terlalu kesenengan dan berharap lebih pada pernikahan ini. Ingat, Kai! Kita ini sama-sama korban dari perjodohan." "Tapi ini kan yang kamu mau? Menikah denganku agar bisa menjadi bagian dari keluargaku. Dasar perempuan munafik kamu!" Mata Alea membulat. Tidak menyangka jika di hari pertama pernikahannya, dia akan mendapatkan kata-kata tajam dari sosok lelaki yang merupakan suaminya. "Lihat saja siapa yang munafik, Kai! Aku ... atau kamu? Jangan sampai kamu termakan omonganmu sendiri. Dan jangan salahkan aku jika suatu saat nanti justru kamu lah yang kecintaan padaku." ••• Satu minggu yang lalu. "Nikahi Alea, Kai, dan putuskan Dias. Demi mama, Kai. Tolonglah!" Kaisar diam. Sulit menjawab jika itu mamanya yang minta. "Ma, aku tidak bisa menjawab sekarang. Tolong beri aku waktu." "Sampai kapan? Ayolah, Kai. Mama tidak sedang memberikan kamu pilihan. Tapi ini permintaan yang harus kamu lakukan. Alea sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Mama dan Papa sudah lama sekali mencarinya. Dan sekarang ... ketika Alea ada di hadapan kita, mama tak akan mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Mungkin ini adalah jawaban dari Tuhan atas permintaan mama yang ingin sekali membalas budi pada almarhum Alana dan Damar." Kaisar terdiam. Dia sama sekali tak tau menahu akan masa lalu kedua orangtuanya dengan sepasang suami istri bernama Alana dan Damar. Namun, kenapa justru dia lah yang harus menjadi alat untuk balas budi kedua orangtuanya? Kresna Nayaka yang merupakan ayah dari Kaisar ikut ambil suara. "Tolong pikirkan lagi dan berikan kami jawaban selambat-lambatnya besok. Agar papa dan mama bisa segera mengurus berkas pernikahan kalian berdua." Tak ada jawaban dari Kaisar kecuali hanya anggukkan kepalanya saja. •••• Esok harinya di suatu tempat, tepatnya sebuah kamar kos berukuran empat kali empat meter. Alea tengah membersihkan ruangan setelah pulang dari shift paginya. Perempuan cantik itu bahkan belum sempat mandi ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. Buru-buru membuka pintunya dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa gerangan yang datang. "Bu Kristi?" Iya. Kristi Andriana adalah perempuan paruh baya yang pernah mendatanginya beberapa hari yang lalu. Mengenalkan diri sebagai sahabat ayah dan ibunya yang telah tiada. Alea percaya karena perempuan bernama Kristi itu menunjukkan foto almarhum ayah dan ibunya saat masih muda. "Alea, apa kabar?" "Saya ... baik, Bu. Silahkan masuk. Maaf kamar saya berantakan karena sedang saya bersihkan." Kristi melepas sepatunya lalu masuk ke dalam. Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru kamar sempit yang menjadi tempat tinggal Alea. Begitu miris. Di saat Kristi dan keluarganya hidup bergelimang harta, akan tetapi di kamar kecil ini Alea justru hidup sederhana dan apa adanya. Seorang diri tanpa keluarga. Sangat tidak adil, begitu pikir Kristi saat ini. "Alea, maaf jika kedatangan saya ke sini tanpa memberikan kabar padamu. Eum ... jika kamu tidak sedang sibuk, bisakah ikut saya?" "Ikut ke mana, Bu?" "Ke rumah saya. Kita makan malam bersama." Alea dilema. Sebenarnya merasa sungkan jika harus datang ke rumah seseorang yang baru dikenal. Namun, untuk menolak, juga tidak sampai hati Alea lakukan. Apalagi Kristi sudah meluangkan waktu untuk menjemputnya. Sehingga perempuan itu pun menyetujuinya. "Baiklah, Bu. Bolehkah saya minta waktunya untuk mandi dulu? Tadi saya baru saja pulang shift pagi soalnya." Kristi tersenyum puas. "Iya. Tidak masalah. Saya tunggu kamu diluar kalau begitu." Alea membuka lemari bajunya, memilih pakaian sederhana: blus putih dan celana jeans hitam. Membawanya ke dalam kamar mandi. Buru-buru membersihkan dirinya. Setelahnya, gegas bersiap-siap. Ia mengikat rambutnya dengan rapi, lalu mengambil tas kecil. Di depan pintu, Kristi masih menunggu dengan sabar. "Yuk, kita berangkat," ajak Kristi, dan Alea hanya bisa mengangguk pelan. Perjalanan menuju rumah Kristi terasa canggung. Alea duduk di kursi penumpang, melirik ke arah Kristi yang menyetir dengan santai sambil bersenandung pelan. Alea tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa menenangkan diri, mencoba meyakinkan hatinya bahwa ini hanyalah makan malam biasa. Namun, saat mobil Kristi berhenti di depan sebuah rumah dengan taman indah di halamannya, Alea merasa semakin gugup. Rumah itu jauh dari kesederhanaan kamar kosnya. Kristi mematikan mesin mobil lalu menoleh ke Alea. "Ayo, masuk. Nggak usah tegang begitu." Alea tersenyum canggung dan mengikuti Kristi masuk ke dalam rumah. Interior rumah itu elegan, dengan desain minimalis modern, penuh sentuhan warna netral yang menenangkan. Di ruang tamu, seorang pria paruh baya yang duduk sambil membaca koran menoleh saat mendengar suara pintu. Wajahnya ramah, dan senyumnya hangat. "Pa, ini Alea," kata Kristi memperkenalkan. Kresna berdiri, menyambut Alea dengan jabat tangan yang hangat. "Oh, Alea terima kasih sudah datang. Ayo silahkan duduk." Alea mengangguk sopan. "Terima kasih, Pak." Tak lama kemudian, seorang remaja laki-laki muncul dari arah tangga. Rambutnya sedikit berantakan. Kristi langsung memanggilnya. "Kaivan, sini. Kenalan sama Alea," ujar Kristi. Kaivan melirik Alea sekilas, lalu mengangguk malas. "Halo, aku Kaivan. Panggil saja Ivan." Alea tersenyum kaku, tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Mereka kemudian duduk di ruang tamu. Kristi mengajak Alea mengobrol ringan tentang pekerjaannya di rumah sakit. Meskipun canggung, Alea mencoba bersikap sopan. Namun, suasana mendadak berubah saat pintu depan terbuka. Seorang pria dewasa masuk, mengenakan setelan kerja yang rapi. Ia tampak lelah, tetapi tetap memancarkan aura karismatik. Alea menoleh, dan begitu pula pria itu. Tatapan mereka bertemu. Kaisar tertegun beberapa detik, jelas terkejut melihat seorang wanita asing di ruang tamunya. Ia meletakkan tas kerjanya di meja dekat pintu, lalu berjalan pelan mendekati mereka. Kristi langsung berdiri. "Oh, Kaisar! Kamu sudah pulang." Alea merasa semakin tidak nyaman. Kaisar hanya melirik Alea sekilas. Kristi tersenyum cerah, seolah-olah semua ini sudah direncanakan dengan matang. "Ini Alea." Kaisar melirik malas pada gadis yang duduk dengan menundukkan kepalanya. Kristi langsung mengambil alih suasana ketika mendapat respon yang biasa saja dari putranya. "Ayo, kita makan malam. Sudah waktunya." Mereka bergerak menuju ruang makan. Kristi menuntun Alea yang masih terlihat canggung berada di tengah-tengah keluarga kecilnya. Alea duduk di samping Kristi, sementara Kaisar duduk di seberangnya. Sepanjang makan malam, Kristi terus berusaha mencairkan suasana dengan obrolan ringan. Hingga makanan di piring mereka telah kosong, Kristi menahan Kaisar yang berpamitan hendak meninggalkan ruang makan. "Kai, tunggu sebentar. Ada yang ingin mama dan papa sampaikan pada kalian semua." Mendadak feeling Alea sudah tidak enak saja terlebih saat kedua netra perempuan itu dengan sengaja melirik pada Kaisar. Pria itu tampak tegang dengan ekspresi yang tak terbaca. "Alea!" panggil Kristi menyentak lamunan Alea. "Iya, Bu." "Jadi, kamu jangan pernah sungkan lagi sama kami karena kita ini adalah keluarga. Saya juga sudah menganggap kamu layaknya anak perempuan sendiri. Dan satu hal lagi yang ingin kami sampaikan padamu. Kami berencana untuk menikahkan kamu dengan Kaisar."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Shifted Fate

read
637.3K
bc

Chosen, just to be Rejected

read
133.3K
bc

Corazón oscuro: Estefano

read
896.3K
bc

Holiday Hockey Tale: The Icebreaker's Impasse

read
138.0K
bc

The Biker's True Love: Lords Of Chaos

read
304.0K
bc

The Pack's Doctor

read
663.7K
bc

MARDİN ÇİÇEĞİ [+21]

read
777.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook