"Dokter Andika kok di sini?" tanya Alea dengan mata menyipit. Pria itu terkekeh karena keputusannya menjadi penguntit ketahuan juga. "Maaf, memang tadi aku sengaja membuntuti kamu." "Dokter!" Andika terkekeh. "Tapi feeling-ku terbukti juga kan? Kamu butuh teman." Alea tersenyum melupakan sejenak sakit hatinya. "Iya dokter benar. Saya memang sedang butuh seseorang untuk menghibur hati ini." "Kalau begitu ... lets go! Mau ke mana pun kamu mau malam ini ... aku siap menemani." Lorong pusat perbelanjaan itu ramai, dipenuhi pasangan, keluarga, dan anak-anak kecil yang berlarian. Alea berjalan di sisi Andika, berusaha tenang meski hatinya masih diliputi rasa kecewa. Niatnya malam ini sederhana: makan, lalu pulang. Namun semesta justru menguji kesabarannya lagi. Langkah Alea tiba-tiba te

