Suasana ruang perawat pagi itu cukup sepi. Aroma khas rumah sakit menguar, campuran antara cairan antiseptik, bau obat, dan wangi samar dari parfum pengunjung. Alea baru saja selesai mengganti infus seorang pasien saat ia kembali ke ruangan tepat ketika suara tumit sepatu yang beradu dengan lantai terdengar mendekat. Ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang datang; aura ketidaksukaan itu sudah sangat familiar. “Lambat sekali kerjamu,” suara Livia terdengar ketus, membuat Alea spontan berhenti sejenak. Perawat senior itu berdiri dengan tangan terlipat di d**a, tatapannya tajam seperti pisau. Rambutnya yang disanggul rapi seakan menambah kesan dingin pada wajahnya. Alea menarik napas perlahan. Ia mencoba menahan diri, tidak ingin terpancing. “Infus pasien harus dipastikan masuk denga