Awan terlihat gelap padahal hari masih siang, deru angin semakin menusuk ke pori-pori kulit saking kencangnya menemani awan gelap tersebut. Tapi dibalik itu terlihat sosok wanita berambut pendek sedang menangis dalam duduknya. Langkah kaki semakin berat untuk mendekat, tapi mendengar tangisan itu sangat familier di telinganya, ingin rasanya mengetahui siapa yang menangis. Dengan langkahnya yang dipaksa, dia semakin mendekati wanita berambut pendek itu. Di saat kakinya mendekat, wanita berambut pendek itu menolehkan wajahnya. “He-Helena!” seru Papa Sandi dengan netranya membeli. Wanita yang disebut namanya, bangkit dari duduknya dan matanya yang sembab menatap pria tua itu, dan pria tua itu malah melangkah mundur dengan wajahnya yang ketakutan. “Ke-kenapa kamu bisa ada di sini! Bukanny