Wajah Chintya mulai memucat setelah dapat pesan dari Teddy temannya, pikirannya tiba-tiba saja buntu, degup jantungnya saja mulai berpacu cepat. “Astaga, aku harus mencari uang kemana?” gumam Chintya sembari menggigit jari kukunya. Dia tidak menginginkan dirinya turut terseret dengan masalah kasus tabrakan, namun dialah otak si perencananya, sedangkan Teddy bertugas eksekusinya. “Apa aku harus ke perusahaan Kak Keenan, ke bagian keuangannya, bukankah Kak Keenan ada di rumah sakit saat ini.” Tiba-tiba ide itu muncul begitu saja, dia pun menyeringai tipis. Merasa ada ide untuk mendapatkan uang, dia mengutip ponselnya yang sempat terjatuh tersebut, kemudian dia menuju ruang kerja Keenan yang ada di mansion. Tanpa disadari oleh Chintya, gerak geriknya diperhatikan oleh kepala pelayan yang m