6. Bujangan Atau Duda

1263 Kata
Davit berdiri menghadap cermin di kamar mandinya. Pria itu yang kini tengah memegang sikat gigi sama sekali tidak memperdulikan ketukan pintu dari Lintang. Lintang terus mengetuk pintunya sembari berteriak. Davit tidak ada niatan keluar meski dia sudah selesai mandi. Pria itu hanya saja merasa lucu dengan Lintang yang tengah mengoceh di balik pintu.  “Eneng pilih yang mana, bujangan atau duda, bujangan memang perkasa duda banyak duitnya….”  Davit mengerutkan keningnya saat mendengar nyanyian yang keluar dari bibir Lintang. Tidak hanya sekali, tapi Lintang mengulanginya berkali-kali dengan menekan kata duda banyak duitnya.  “Eneng pilih yang mana … bujangan atau duda, bujangan memang perkasa duda banyak duitnya … banyak duitnya … pelit kamar mandi ….”  Davit tertawa kecil mendengar suara Lintang yang makin lama makin menggebu-gebu. Davit meletakkan sikat giginya, pria itu mengambil kaos yang tersampir dan memakainya cepat.  “Lintang, kalau boleh tahu apa judul lagu yang kamu nyanyikan?” tanya Davit setengah berteriak.  “Duda banyak duitnya,” jawab Lintang asal sembari mendengus.  “Bujangan atau duda … bujangan memang perkasa … duda banyak duitnya!” teriak Lintang lagi menyanyi. Davit tidak bisa menahan tawanya, pria itu tertawa kecil karena nyanyian Lintang.  Davit segera membuka pintu kamar mandi, Lintang yang awalnya bersandar di pintu pun langsung menubruk tubuh Davit. Dengan sigap Davit menahan tubuh Lintang. Bak film romantis yang kerap Lintang tonton, kini adegan slow motion pun Lintang rasakan saat pandangannya bersih tubruk dengan mata Davit. Begitu pun Davit yang pandangannya mengunci mata Lintang.  “Pak Davit, maaf,” ucap Lintang yang buru-buru berdiri tegak.  “Em,” jawab Davit yang seolah membersihkan pakaiannya. Lintang ingin masuk ke kamar mandi, tapi tangan Davit menahannya dengan merentangkannya ke kusen pintu.  “Pak, saya mau pipis, sudah kebelet banget,” ucap Lintang memelas.  “Saya lupa kalau saya belum melakukan sesuatu,” kata Davit yang kembali masuk ke kamar mandi dan membanting pintunya dengan kencang.  Brakkk! Lintang menatap pintu kamar mandi dengan nanar, perempuan itu kini ingin menangis saat ini juga karena perlakuan Pak Davit.  “Pak Davit!” teriak Lintang memukul pintu kamar mandi dengan brutal.  “Saya tahu kalau saya di sini hanya numpang. Tapi kenapa Pak Davit semena-mena begini, hah?” teriak Lintang yang air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.  Davit tidak menjawab, pria itu kini tengah mengurut d**a-nya yang bergetar dengan tidak wajar, “Masih muda kenapa bisa deg-degan begini kayak gejala sakit jantung,” batin Davit yang berusaha mengatur detakan jantungnya dan hembusan napasnya yang memburu.  Saat matanya bertatapan dengan mata Lintang, Davit merasakan jantungnya bertalu-talu dengan hebat. Keringat dingin juga keluar dari pelipis Davit. Sedangkan Lintang segera keluar dari rumah Davit, perempuan itu ingin mencari toilet umum karena sudah tidak tahan lagi. Lintang mencari sandal jepit di rak belakang pintu, perempuan itu dengan tergesa-gesa sembari memegang perutnya ingin pergi dari rumah Davit.  “Mbak tunggu!” instruksi seorang pria yang tengah berdiri di teras rumah sebelah. Lintang segera menolehkan kepalanya ke kiri. Di perumahan elit ini antara satu rumah dan rumah lainnya saling berdempetan, tembok pembatas pun hanya sebatas perut.  “Pak Bayu!” panggil Lintang pada pria itu. Yang dipanggil Bayu pun mengerutkan alisnya.  “Saya mahasiswa arsitektur, Pak. Pak Bayu dosen Tipologi Bangunan, kan?” tanya Lintang saat merasa Bayu tidak mengenalnya. Bayu adalah dosen tipologi bangunan yang dulu semester dua mengajar di kelasnya. Tapi karena dia tidak terkenal, mungkin Pak Bayu melupakannya.  “Ah iya, benar,” jawab Bayu. “Kok keluar dari rumah Pak Davit?” tanya Bayu. Sebelum Lintang menjawab, Bayu menepuk keningnya pelan.  “Tidak perlu dijelaskan. Saya sudah tahu semuanya,” ralat Pak Bayu. Bayu adalah teman semasa kuliah Davit, ia sudah tahu tentang pernikahan kontrak antara Davit dan salah satu mahasiswi, tapi Bayu tidak menduga kalau yang dinikahi Davit adalah gadis yang tampak biasa saja, bahkan tidak terlalu cantik.  “Pak Davit menceritakan pernikahan-”  “Hustt … Pak Davit hanya cerita sama saya doang sebagai temannya kok,” ujar Pak Bayu menyela ucapan Lintang. Lintang mengangguk-anggukkan kepalanya. Sadar sesuatu, Lintang memegang perutnya lagi.  “Kalau boleh tahu kamu mau ke mana?” tanya Pak Bayu.  “Pak saya mau cari toilet umum. Pak Davit tidak mau membagi toiletnya, saya sudah kebelet banget,” ucap Lintang yang kembali ingin menangis.  “Kamu ke rumah saya saja. Tidak ada siapa-siapa di dalam. Di sini tidak ada toilet umum. Pom bensin juga jauh,” ucap Pak Bayu.  “Tapi, Pak. Saya nanti ngerepotin.”  “Gak ngerepotin, daripada sakit. Cepat sini, saya bukakan pagar,” ucap Bayu yang ingin membuka pagar rumahnya. Namun Lintang segera melompat tembok pembatas dan sampai di pekarangan rumahnya. Bayu membulatkan matanya melihat kelincahan Lintang.  “Pak, kamar mandinya di mana?” tanya Lintang  “Masuk saja ada pintu warna biru dekat dapur,” jawab Bayu yang masih tercengang. Lintang segera melesat menuju kamar mandi tetangga suaminya. Sedangkan Pak Bayu masih mematung di tempatnya.  Bayu melihat rumah Davit dan rumahnya bergantian. Ia dan Davit teman semasa kuliah meski tidak satu kelas. Permasalahan Davit yang mencium mahasiswi memang menyebar di area kampus, tapi Bayu tidak tahu kejadian yang sebenarnya karena ia izin cuti karena mengurus sesuatu di luar negeri. Dan kemarin lusa Davit menceritakan padanya kalau akan nikah kontrak dengan mahasiswi tersebut, pernikahan kemarin Bayu tidak datang karena masih perjalanan ke indonesia dan baru sampai tadi jam lima.  Bayu sungguh tidak habis pikir dengan Davit, sudah terkenal dengan pelit nilai dan kini istrinya tidak diijinkan ke kamar mandi.  Sedangkan di kamar mandi Davit, Davit membuka pintunya dengan pelan saat tidak mendengar lagi suara Lintang. Namun ia tidak mendapati Lintang, pria itu celingukan mencari keberadaan istrinya, tapi sama tidak ada tanda-tanda Lintang di sana. Davit keluar dari kamar mandi sepenuhnya.  “Lintang,” panggil Davit dengan pelan. Tidak ada jawaban.  “Lintang,” panggil Davit lagi. Namun lagi-lagi tidak ada jawaban. Davit segera berlari keluar dari rumahnya sembari meneriaki nama istrinya.  “Lintang, kamu kemana? Jangan main-main, Lintang!” teriak Davit. Davit sampai di teras, pria itu melihat Bayu yang tengah berdiri sembari melakukan pemanasan sebelum olahraga.  “Bayu!” panggil Davit yang membuat sang empu menoleh.  “Waah Pak Davit, bagaimana nikahannya? Lancar?” tanya Bayu yang mendekati Davit.  “Iya lancar. Kamu melihat seorang wanita yang keluar dari rumahku, gak?” tanya Davit.  “Lintang?” tanya Pak Bayu balik.  “Kok tahu nama istriku?” tanya Davit lagi yang sudah ngegas.  “Kebetulan kenalan. Ada di kamar mandi,” jawab Bayu. Davit membulatkan matanya mendengar jawaban Bayu.  Suara langkah kaki terdengar membuat kedua orang itu menolehkan kepalanya ke asal suara.   “Lintang, kenapa kamu keluar dari rumah Pak Bayu?” tanya Davit dengan tajam.  “Pak Davit kuasai kamar mandi sendiri, saya sudah bilang kalau kebelet pipis,” jawab Lintang.  “Balik sini!” titah Davit. Lintang segera melompati tembok dan kembali ke teras rumah suaminya.  “Ini kali pertama dan terakhirnya kamu numpang di kamar mandi Pak Bayu!” tegas Davit mengultimatum. “Tergantung Pak Davit. Kalau Pak Davit kuasai kamar mandi, saya terpaksa numpang di rumah Pak Bayu yang baik hati,” jawab Lintang.  “Masuk rumah sana!” titah Davit.  Bayu hanya terkekeh mendengar perdebatan dari pasangan pengantin baru itu.  Lintang segera ngacir menuju ke rumah suaminya. Perempuan itu bersiap untuk mandi sebelum kamar mandi kembali dikuasai oleh Davit. Sedangkan Davit masih di teras rumahnya sembari menatap Bayu. Sesekali Davit akan membandingkan Bayu dengan dirinya. Bayu memiliki tubuh yang sangat atletis, jauh beda dengan Davit yang hanya bentuk tubuhnya tegap.  “Persetan dengan atletis, yang penting banyak duitnya,” batin Davit mendengus. Pria itu segera masuk ke rumahnya untuk bersiap sarapan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN