Pukul sembilan lebih lima menit, keadaan rumah Aidan sudah sepi. Aidan tidur cepat karena rasa lelah yang menerjangnya. Pria itu sudah terlelap menghitung domba di kamarnya. Sedangkan Gendis, gadis itu mengedap-edap keluar dari rumah Aidan. Gadis itu membawa dompet kecil dan berjalan di gelapnya rumah. Saat Aidan sudah masuk kamar, pasti Gendis akan mematikan lampu di ruang utama. Gendis membuka pintu teramat pelan agar tidak menimbulkan suara. Sekarang Gendis sudah seperti orang yang kabur dari majikannya. “Hah, syukurlah,” ucap Gendis mengusap dadanya yang lega saat ia berhasil keluar dari rumah Aidan. Gendis menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu untuk keluar sebentar. Gendis tidak ingin kabur, gadis itu juga tidak ingin berbuah jahat. Namun, gadis itu