Suara isak tangis terdengar tersedu-sedu di sebuah kamar minimalis di rumah yang Hukma tempati. Sudah tidak terhitung berapa kali Hukma menangis dalam satu minggu ini. Bukan hanya satu minggu, tetapi sejak kedatangan Hukma beberapa bulan yang lalu. Hukma masih dalam pendiriannya, tidak membuka akses siapa pun untuk menghubunginya, pun dengan kakak dan kakak iparnya. Sesekali Hukma hanya memberi kabar mamanya. Namun, tersiksanya hati Hukma, Hukma harus merasakannya sendiri. Seperti saat ini, sejak tiga puluh menit yang lalu, Hukma masih belum berhenti menangis. Hukma sangat merindukan mantan pacarnya. Seberapa keras Hukma mengelak kalau ia tidak kangen Bayu, tetap saja hatinya tidak bisa dibohongi. Hukma sangat merindukan apapun yang ada pada Bayu. Sejauh ini, sudah terhitung tiga bulan leb