22. Sebuah Kalung

1203 Kata
Hari ini, Dante akan mulai bersekolah. Setelah semalaman Edzard kembali memberitahu apa yang harus ia lakukan dan tidak ia lakukan, Dante akhirnya dipercaya bisa untuk ikut serta dengannya. Edzard membawa Dante ikut serta menjemput Adreanne. Tentunya mereka harus berangkat bersama-sama. "Oh, kamu udah mulai hari ini ya?" tanya Adreanne basa-basi pada Dante. Dante mengangguk. "Iya," jawabnya kalem. Edzard langsung menyuruh Adreanne masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di sebelahnya karena Dante sendiri duduk di jok belakang. "Oh iya, kita sekelas nggak nanti?" tanya Adreanne pada Dante. Kepalanya sedikit menoleh ke belakang. "Iya sekelas," jawab Edzard cepat. Tangan kiri cowok itu terulur ke kepala Adreanne dan menolehkan kepala gadis itu agar lihat ke depan. "Apa sih!" Adreanne menyingkirkan tangan Edzard yang di kepalanya. "Aku tuh nanya ke Dante, bukan kamu," lanjutnya kesal. "Syukur-syukur aku jawab," sahut Edzard sekenanya. "Iya deh iya." Adreanne menyahut dengan malas. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka tiba di sekolah. Sewaktu keluar dari mobil, tatapan beberapa siswi yang sedang berjalan mengarah ke arah mereka. Tentu yanh mereka lihat bukan Adreanne maupun Edzard, melainkan sosok asing yang ikut turun. Sosok yang tampan. Tak membuang waktu, mereka segera menghampiri mobil Edzard dan mencegah Dante. "Lo murid baru, ya? Kok bareng Edzard?" tanya salah satu siswi. "Minggir lo semua." Edzard mengusir segerombolan siswi yang tiba-tiba mengerubungi mereka. "Gue sama Adreanne mau lewat, awas!" pungkas Edzard sadis. Beberapa waktu belakangan ini, sejak Pernyataan cinta Kalista ditolak dengan sadis. Mereka mengenal sosok Edzard sebagai cowok tampan yang galak dan sadis. Ah, tak jarang juga ada yang menjuluki lelaki itu adalah bucin Adreanne. Mereka semua memberi jalan untuk Edzard dan Adreanne lewat. Sementara Dante ditinggalkan. Adreanne yang seolah sadar Dante tertinggal dan masih dikerubungi pun memutar kembali dan menarik tangan Dante agar ikut. "Maaf, Dante nya nggak nyaman. Oh iya, dia sepupunya Edzard, nanti di kelas bisa kenalan," ujar Adreanne. Edzard yang sadar Adreanne kembali berbalik arah pun melotot kesal melihat gadis itu menggenggam tangan Dante yang sedang berekspresi sok polos tidak tahu apa-apa. "Yaelah, cogan-cogan sekolah kita mah, diembat si Rea mulu. Kesel gua!" keluh salah seorang siswi yang melihat Dante ditarik oleh Adreanne. "Bener tuh. Gila bener, dua cowok diembat," timpal yang lainnya. Adreanne tidak mempedulikan kekesalan para siswi itu, ia membawa Dante menghampiri Edzard. "Tangannya nggak usah gandengan juga!" tukas Edzard. Sadar bahwa sang Pangeran marah. Buru-buru Dante melepaskan tangannya dan Adreanne. "Galak bener kamu ke sepupu sendiri. Udahlah yuk jalan, ke ruang guru." Edzard melirik Dante sinis dan dengan tatapan memperingati hingga akhirnya cowok itu menggenggam tangan Adreanne dan mengajaknya jalan duluan. Di belakang, Dante hanya mengelus d**a. Mencoba sabar dengan sikap cemburu yang ditujukan sang Pangeran terang-terangan. Karena tak ingin dikerubungi para perempuan lagi, dengan langkah lebar Dante segera menyusul Edzard dan Adreanne. Ketiganya memasuki ruangan guru. Hari ini Dante memang memakai baju bebas namun sopan, dan pagi ini ia diharuskan mengambil baju seragamnya dan juga beberapa buku yang memang diberikan dari sekolah. Sebenarnya bisa saja Edzard melakukan itu semua untuk Dante. Tapi Edzard tipikal orang yang tidak mau direpotkan oleh seseorang kecuali keluarga dan Adreanne, alhasil Dante harus mengambilnya sendiri. "Terimakasih, Bu. Kalau begitu saya pamit," ujar Dante sopan. Usai bertemu dengan guru, ketiganya berjalan menuju kelas. Sebenarnya Adreanne dan Edzard harus ke perpustakaan, namun untuk kali ini mereka akan mengantar Dante ke kelas. "Nic, Riel, Ra, ini sepupu gue. Ntar awasin di kelas ya!" kelakar Edzard pada ketiga teman manusianya. Nicholas, Azriel dan Akira sontak menatap Dante dari atas hingga bawah. Stylenya yang bebas memang nggak main-main cuy, terlihat tampan sekali. Apa keluarga Edzard memang titisan para lelaki tampan dan perempuan cantik? Kalau iya, mereka jadi iri. "Aman, bro. Ntar join geng kita nih. Btw, nama lo siapa?" Kali ini Nicholas yang bersuara. "Dante." "Oh gitu, okeh. Dah, lu sama Adreanne pergi ke perpus sono!" usir Nicholas pada kedua pasangan yang bukan pasangan sungguhan itu. Memastikan semuanya aman, Edzard pun menarik Adreanne keluar dari kelas dan menuju perpus. Di koridor keduanya bertemu dengan Abian dan Arsen yang baru saja tiba. Mau tak mau mereka berempat pergi bersamaan. *** Saat jam istirahat, berbeda dengan kemarin kali ini mereka istirahat sesuai dengan bel. Kantin pun telah dipenuhi oleh siswa dan siswi. "Buset, lo kenapa cakep banget sih?! Dari tadi nggak berhenti cewek-cewek natapin elu!" tukas Nicholas dengan suara yang besar dan terkesan sebal. Bagaimana tak kesal? Dari empat cowok yang berjalan menuju kantin, yang dilirik hanya Dante. Apakah mata para siswi itu tidak melihat betapa tampannya pula Nicholas, Azriel dan Akira?! Dari suaranya yang besar itu, sudah menarik perhatian Edzard dan Adreanne yang baru saja memasuki kantin. Langsung saja mereka menghampiri kumpulan lelaki ditambah Lily yang entah sejak kapan ikutan nyempil di sana. "Jarang banget gue ketemu lo berdua, sibuk amat di perpus," keluh Lily kala melihat Adreanne. Cewek itu langsung menarik sang sahabat untuk duduk di dekatnya. "Re, kok lo nnggak cerita sih kalau Edzard punya sepupu bening kayak gini?!" bisik Lily tepat di telinga. Adreanne terkekeh kecil. "Aku juga baru tau, Ly." "Gue gebet bisa nggak sih?" tanya Lily ragu-ragu. Adreanne hanya mengangkat bahunya. "Aku nggak tahu, kamu coba aja." Senyum Lily merekah. "Okay, gas aja mah gue. Oh iya, lo mau pesan apa?" Kedua gadis itu berbincang ria seakan melupakan lima orang laki-laki yang satu meja dengan mereka. "Samain aja deh, malas milih," balas Adreanne. "Ly, gue mau nasgor," pinta Azriel seenaknya. "Gue mau siomay," timpal Nicholas. "Gue bakso ya satu!" celetuk Akira. "Pesen sendiri anjir, enak aja nyuruh-nyuruh gue!" pungkas Lily tajam. Gadis itu langsung bangkit dan memesan makanannya dan Adreanne. "Habis makan ikut aku ya," bisik Edzard. Kebetulan cowok itu duduk di sisi kanan Adreanne. "Mau ke mana?" "Ada lah, ikut aja." Adreanne pun mengangguk patuh. Sudah terbiasa dengan Edzard membuatnya percaya saja ketika dibawa kemana pun oleh lelaki itu. Karena ia yakin, Edzard tidak akan macam-macam padanya. Edzard bukanlah sosok yang jahat. *** Sesuai dengan perkataannya, Edzard mengajak Adreanne pergi setelah makan di kantin. Cowok itu membawa Adreanne ke taman belakang sekolah, di mana ada kolam ikan dan juga beberapa jenis tanaman bunga yang berwarna indah. Edzard mengeluarkan kotak kecil di saku celananya. "Buat kamu." Dengan dahi mengerut dalam, Adreanne menerima kotak yang berukuran sedang itu dan membuka isinya. Matanya terbelalak melihat kalung dengan batu ruby berwarna merah di tengah yang berbentuk lonjong. Terlihat sangat mengkilap dan cantik. "Kamu serius? Nggak deh, aku nggak bisa nerima. Ini pasti mahal," tolak gadis itu, mengembalikan kotak beludru yang diberikan Edzard. "Serius, anggap aja hadiah. Aku lihat-lihat ini di toko kemarin, cantik kepikiran sama kamu. Ya udah aku beli," ucapnya lugas. Tanpa menaruh curiga, Adreanne tersenyum. "Baiklah kalau kamu memaksa. Makasih banyak ya. Cantik banget, aku suka." Edzard terkekeh kecil. "Sini aku pasangkan." Edzard mengambil kalung itu dan memasangkannya di leher Adreanne. "Tapi kita nggak boleh pakai kalung pas di sekolah, Ed." "Kata siapa nggak boleh? Boleh kok," sahut cowok itu santai. "Kan ada di peraturannya, Ed." "Udah, boleh kok. Lagian guru nggak bakal sita kalung ini, dia nggak akan bisa mengambilnya," pungkas Edzard. "Baiklah. Aku harap juga gitu." Adreanne tersenyum tipis. Di belakang Adreanne, Edzard tersenyum lebar. Adreanne benar-benar sangat polos. Dan ia menyukai kepolosan gadis itu. *** to be continued...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN