42. Sebuah Tempat

1448 Kata
Sudah dua hari sejak Adreanne memimpikan mimpi aneh itu, tidak ada yang tahu kecuali Ayahnya. Seperti kata Adam, ia berusaha melupakan mimpi tersebut dan menganggapnya sebagai bunga tidur saja. Seperti biasa ia diantar oleh Adam menuju sekolah dan hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, yaitu hari Olimpiade. Setelah melewati proses pembelajaran yang cukup melelahkan, mereka akhirnya akan berlomba di hari ini. Adreanne tidak menuju kelasnya. Ia langsung menuju ruang guru, ia memang memilih bertemu dengan Bu Delina saja pagi ini dari pada menuju kelasnya. Lagi pula, tepat pada pukul setengah sembilan mereka akan berangkat. "Kamu udah sarapan, Re?" tanya Bu Delina. Rea mengangguk. "Udah, Bu." "Walaupun begitu, ambillah roti ini. Ibu kira bisa mengganjal perut nantinya jika lapar." Adreanne mengangguk. Ia menerima roti isi dan juga roti berisi selai cokelat dari Bu Delina. "Kamu sudah belajar tadi malam?" "Sudah, Bu." "Bagus. Nanti semangat ya, harus fokus ke soal. Jangan memikirkan hal yang lain. Paham?" Adreanne mengangguk patuh. "Paham Bu." *** Mereka tiba di lokasi menjadi tempat lomba. Tempat itu sudah ramai oleh orang-orang. Beberapa siswa dari kabupaten lain juga terlihat hadir. "Ibu mau mendaftar ulangkan kalian. Tunggu di sini." "Baik, Bu." Keempatnya duduk di sebuah kursi yabg ada di depan kelas. Selagi menunggu bu Delina, Adreanne memainkan ponselnya. "Ada sesuatu yang mengganggu dirimu?" tanya Edzard dengan berbisik. Entah mengapa ia merasakan aura Adreanne sedikit berbeda. Gadis itu seperti cemas dan mengkhawatirkan sesuatu. "Nggak ada," sahut Adreanne dingin. Edzard menghela napas. Sudah berhari-hari mereka menjaga jarak dan lihatlah sekarang, sikap Adreanne semakin dingin padanya. Edzard tidak tahu harus bersyukur atau sedih dengan hal ini. Namun yang pasti, hatinya terasa sakit. Akhirnya Edzard tidak bertanya lagi. Beberapa menit kemudian Bu Delina kembali. Guru itu tampak berkeringat usai berjalan dengan jarak yang cukup jauh. "Ini nomor kelas kalian masing-masing. Sepuluh menit lagi kalian sudah bisa masuk ke dalam kelasnya." "Baik, Bu." Mereka menjawab dengan serentak sembari menerima nomor yang diberikan oleh bu Delina. "Nanti sebelum mulai, jangan lupa berdoa ya. Minta pada Tuhan agar dimudahkan jalannya ketika menjawab soal-soal." "Siap, Bu!!" Sepuluh menit pun tanpa terasa berlalu. Seluruh peserta sudah dihimbau untuk masuk ke ruangan masing-masing. Setelah dua jam, akhirnya para peserta di perbolehkan meninggalkan ruangan kelas. Adreanne mengemasi barangnya dengan cepat dan keluar dari ruangan. Sama seperti Olimpiade tingkat kabupaten kemarin, ketika ia selesai, sudah ada Edzard yang menunggu di depan kelasnya. "Ayo, Bu Delina menunggu di sana!" ajak Edzard. Adreanne hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Edzard dalam diam. "Kamu seperti sedang banyak pikiran, sepulang dari sini, maukah ikut bersamaku? Aku akan membawamu ke suatu tempat yang menenangkan," ujar Edzard dengan nada sedikit ragu. "Apa boleh?" Adreanne bertanya balik. Bukankah Edzard mengatakan jaga jarak? Kenapa sekarang cowok itu mengajaknya pergi keluar bersama? "Tentu boleh, tidak akan ada yang melarang," jawab Edzard cepat. "Baiklah kalau begitu." Akhirnya mereka tiba di depan Bu Delina. Guru itu tampak menunggu seraya memainkan ponselnya. "Bu kami sudah di sini." "Duduklah dulu, nanti ada acara penutupan. Setelah itu baru deh bisa pulang." Keempatnya mengangguk patuh. *** Sesuai dengan perkataannya. Sesampainya di sekolah mereka sudah diperbolehkan untuk pulang. Edzard segera membawa Adreanne menuju mobilnya. "Kita mau ke mana?" tanya Adreanne. Mobil sudah melaju membelah jalanan. "Ke suatu tempat yang tenang dan membuat pikiranmu jauh lebih jernih," jawab Edzard seadanya. Beberapa menit kemudian cowok itu memutar mobilnya dan memasuki area McDonald's. Ia langsung mengambil tempat Drive thru yang untungnya sedang tidak mengantri. "Kamu mau apa?" tanya Edzard. "Tadi kita udah makan siang, Ed." Edzard tetap keras kepala. "Kamu harus memesan. Di sana tidak ada satupun penjual, sebagai cadangan kita harus membawa makanan sendiri." "Oh, ini seperti piknik?" Tanpa pikir panjang Edzard mengangguk. "Ya seperti itu." "Kalau begitu aku mau Big Mac, kentang goreng, dan cheese ball." "Minumnya?" "Nanti mampir ke supermarket beli air mineral aja, Ed. Aku nggak begitu suka soda." Edzard mengangguk paham. Ia mulai memesankan makanan Adreanne. Setelah selesai memesan, mereka menunggu selama lima menitan akhirnya pesanan mereka tiba. Edzard menyerahkan semua makanan itu ke pangkuan Adreanne lalu ia kembali berjalan. "Aku memesan Mc Flurry juga, makanlah," kata Edzard dengan mata yang fokus menatap jalanan. Adreanne mengeluarkan es krim yang dimaksud Edzard. Mood sedikit meningkat setelah merasakan dinginnya es tersebut di mulutnya. "Terimakasih, Ed." Edzard mengangguk samar. Dua puluh menit kemudian mereka memasuki kawasan hutan. Adreanne bergidik ngeri sendiri melihatnya. "Kenapa kita masuk ke hutan, Ed? Gimana kalau ada binatang buas nanti?" tanyanya panik. "Kita tidak ke hutan, tenanglah ada aku." Adreanne menghela napas berat, dan mencoba percaya. Hingga mobil berhenti. "Ayo turun, untum perjalanan selanjutnya kita harus jalan." Edzard mematikan mesin mobilnya lalu mencabut kunci itu. "Nanti ada ular atau harimau gimana?" tanya gadis itu masih cemas. "Tempat ini bersih tidak ada hewan buas. Kamu bisa percaya padaku." Tatapan mata Adreanne melemah, akhirnya ia setuju untuk turun. Edzard mengambil alih paper bag berisi makanan mereka tadi dan membawanya. Sedangkan Adreanne berpegangan pada lengan Edzard yang bebas. Keduanya berjalan memasuki tempat yang seperti hutan namun tidak terlalu rimba. Mereka berjalan hingga lima menit lamanya. "Sudah sampai..." Mata Adreanne sontak menatap ke depan. Mulutnya menganga melihat sebuah danau terbentang luas di depan sana dan sangat jernih. Danau yang tidak seperti pada umumnya. Bahkan air di danau itu seperti air laut yang biru. "Cantik banget, Ed!" pekiknya gembira. Adreanne melepaskan tangannya dari Edzard dan berjalan mendekati danau. Ia benar-benar terpesona dengan danau cantik ini. Apalagi ada bebatuan besar yang ada di sana, membuatnya bisa melangkah dan berpijak pada batu besar tersebut. "Apa kamu suka?" Adreanne menganggukkan kepalanya cepat. "Suka banget, tempatnya benar-benar adem dan menenangkan." Edzard tersenyum puas mendengarnya. Tempat ini ia temukan beberapa hari yang lalu, saat itu ia tersesat dan akhirnya menemukan danau indah yang tidak terjamah oleh manusia. Ia senang jika Adreanne menyukai tempat ini. Gadis itu adalah orang pertama yang ia bawa. Edzard duduk di atas rerumputan yang cukup tebal dan bersih. Ia meletakkan paper bag berisi burger dan plastik berlogo supermarket yang berisi air mineral dan beberapa snack. "Apakah kita bisa berenang di sini, Ed?" tanya Adreanne sangat antusias. "Sayangnya tidak bisa. Ingat, kita tidak membawa baju ganti." Adreanne mendesah kecewa lalu ia duduk di sebelah Edzard. "Kamu benar, kita tidak bawa baju." Merebahkan dirinya di rumput itu, matanya memandang ke langit yang jernih di atasnya. Satu tangannya ia jadikan tumpuan untum kepalanya. Adreanne hanya menatap Edzard yang berbaring dan perlahan memejamkan matanya. Tiba-tiba tangan kanan Edzard terjulur. Edzard menepuk tangannya sendiri. "Berbaringlah. Rasanya sangat menenangkan." Adreanne menatap lengan Edzard dengan ragu. "Boleh?" "Aku yang menyuruhmu untuk berbaring, tentu saja boleh," sahut Edzard gemas sendiri. Adreanne terkekeh lalu ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Edzard dengan berbantal lengan lelaki itu. "Bagaimana kamu bisa menemukan tempat ini, Ed?" "Beberapa hari yang lalu aku tersesat dan menemukan tempat ini." "Seperti danau itu benar-benar tidak pernah tersentuh oleh tangan manusia. Airnya jernih, ikan-ikan pun terlihat jelas dari atas." "Ya kamu benar. Mungkin saja kamu manusia pertama yang ke sini," sahutnya santai. "Hah? Manusia pertama?" Edzard yang sadar bahwa ia salah bicara pun segera meralat. "Maksudku, kamu adalah orang pertama yang aku bawa ke sini. Bagaimana? Tempatnya benar-benar indah bukan?" Cowok itu kembali mengalihkan fokus Adreanne. "Ya tempatnya bagus dan indah. Terimakasih sudah mengajakku ke sini aku sangat suka." Edzard menghela napas lega. "Syukurlah kamu suka. Aku harap tempat ini benar-benar menenangkan untukmu, jadi beban yang sedang kamu rasakan bisa terangkat dengan melihat tempat indah seperti ini." Apa yang dikatakan Edzard benar. Adreanne sudah tidak terlalu memikirkan mimpinya lagi. Tadi ia masih sempat memikirkan mimpi anehnya sesekali, mimpi yang masih melekat dengan jelas diingatannya. Namun dengan ia pergi ke sini, mimpi yang menjadi beban untuknya akhirnya seakan terlepas dari pundaknya. Ia benar-benar seperti sudah merelakan mimpi itu dan tidak mengambil pusing lagi. "Apa kamu lapar lagi?" celetuk Edzard tiba-tiba. Adreanne menggelengkan kepalanya. Sekitar satu jam yang lalu mereka sudah makan bersama rombongan olim. Tentu saja ia masih merasa kenyang. "Aku masih kenyang, Ed." Edzard terkekeh. "Tapi aku sudah lapar. Jangan tiduran, temani aku makan," ucapnya dengan nada memerintah. Karena Edzard sudah membawanya ke sini, alhasil Adreanne menurut saja. Gadis itu bangun dan meraih paper bag berlogo McDonald's. Adreanne mengeluarkan burger punya Edzard dan juga mengeluarkan sebotol air mineral dari sebuah plastik. "Makanlah." Edzard tersenyum senang karena dilayani oleh gadis itu. "Terimakasih." Edzard mulai melahap burgernya. Sementara Adreanne hanya menatap lelaki itu yang mengunyah. Melihat Edzard yang mengunyah, membuatnya ikut tergoda. Adreanne mengeluarkan kentang goreng pesanannya dan ikut makan. Keduanya mengisi perut dengan diselingi celotehan-celotehan yang keluar dari mulut Edzard. Sudah berhari-hari mereka tidak saking bicara, dan kini apa yang Edzard tahan seolah lepas dari mulutnya. Berbagai hal cowok itu bahas dan ditanggapi seadanya oleh Adreanne. Samar-samar, Adreanne tersenyum melihat Edzard begitu cerewet. Lebih cerewet dari pada sebelumnya. Namun ia senang mendengar setiap cerita Edzard itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN