Di sepanjang perjalanan pulang, Denver terus saja membisu. Pandan berkali-kali membuka mulutnya bermaksud ingin membuka pembicaraan. Tetapi berkali-kali juga ia menutupnya kembali. Ia tidak tahu harus mulai bercerita dari bagian yang mana. Selain itu, ia juga ngeri melihat air muka yang ditampilkan oleh suaminya. Asem banget seperti cuka apel basi. Setelah berkali-kali menarik napas panjang, Pandan memberanikan diri untuk lebih dulu membuka pembicaraan. Bagaimanapun memang ia yang salah. Bismillairrahmanirrahim! "Bang, saya minta maaf karena sudah membohongi Abang. Tetapi saya melakukan semua itu karena saya--" Denver mengangkat tangan kirinya. Pandan seketika menghentikan kata-katanya. Ia tahu itu adalah isyarat dari suaminya agar ia tidak melanjutkan lagi kata-katanya. Sepertinya suami