Kahfi menghela nafas cukup dalam. Jas yang ia kenakan pagi tadi tersampir dibahunya. Ditangannya menggantung sebuah paper bag, hasil perburuan setelah ia menyelesaikan pekerjaan di kantornya. Hari sudah sangat larut karena ia harus lembur, tapi sang istri kembali berbuat keji. Mengatasnamakan ngidam agar ia mau memenuhi keinginan wanita hamil itu. “Kamu udah pulang?” “Nggak mungkin di depan kamu kan kalau belum?” meski terdengar ketus, percayalah, Kahfi tak menggunakan nada mematikan itu. Suaranya ia jaga, mengalun lembut layaknya kain sutera. Kelabilan emosi Zahra pasca ia buahi cukup mengerikan. Salah-salah, tidur tenangnya akan berubah menjadi bencana alam ditengah damainya malam. “Are you okay?” Penyihir cantik itu bahkan tidak menatap Kahfi. Ia tetap sibuk mempertahankan kegiatann