“Yang.. Zahra!” panggil Kahfi. Ia melirik Zahra disampingnya. Istrinya terlihat sangat gelisah. “Semua bakalan baik-baik aja, Ra.. Inget anak kita.” Peringat kahfi mengingatkan Zahra agar tidak terlalu stres memikirkan kisah Atala dan Aini. Anak mereka jauh lebih penting. Keduanya duduk berdampingan, menunggu Atala keluar dari kamar. Tak ada pembicaraan. Larut, ikut merasakan kesedihan pemilik unit apartemen yang mereka tempat. Atala meminta waktu. Pria itu harus menenangkan Aini. Satu jam penuh mereka saling menguatkan diri- Atala lebih tepatnya. Sahabat Kahfi tersebut menahan amarah dan kebingungannya sendiri. Ia bertindak layaknya seorang laki-laki dewasa yang melindungi kekasihnya dari krisis kepercayaan diri. Orang tua gila. Untuk memenuhi hasratnya akan harta, dia bahkan rela meng