167

1822 Kata

“Kahfii..” Zahra berlari kecil melewati pintu rumahnya. Ditangan wanita hamil itu terdapat sebuah kotak makan berwarna hitam. “Ketinggalan,” ujarnya mengacungkan hasil karyanya. Diam-diam Zahra bangun pagi untuk membuatkan Kahfi camilan. Bukan makanan rumit karena hanya croissant yang resepnya ia contek setelah menonton tayangan internet semalaman. “Apa ini Sayang?!” Kahfi menuruni mobil, “bekal buat aku?!” tanya Kahfi penasaran. “Biar nggak kelaperan waktu kerja.. Kamu boleh ngemil kan, ya?! Nggak bakalan dimarahin Papa kan?!” maklum, kepercayaan diri itu Zahra dapatkan berkat darah yang mengalir ditubuh suaminya. Anak pemilik perusahaan- siapa yang akan berani menegur. Senior-seniornya juga pasti memiliki rasa sungkan dibanding dipecat dengan alasan tak masuk akal. “Nggak dong, Yang.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN