Kahfi membuka tangannya selebar mungkin. Hari pertama sebagai suami yang cukup mengharukan. Ia bangun, membuka mata seorang diri. Seprai di kamar Zahra masih rapi. Tidak ada bekas-bekas jejak percintaan malam pertama. Ranjang disampingnya dingin, sedingin deru angin air conditioner. Rengkuhannya kosong. Pengantinnya hilang. Ya iyalah! Bini gue tidur sama Maknya! Mertua gue!- ia menggulingkan diri, tengkurap sebelum kembali menggelepar. Persis seperti ikan cupang lompat dari akurium. “Aaa... Ra.. Tega banget kamu..” rengek Kahfi. Kaki dan tangannya menghentak-hentak ranjang, menyalurkan rasa frustasi karena kekejaman istrinya. “Zahra jahat..” Ceklek.. "Loh heh!," Kahfi bangkit. Ia duduk ketika pintu kamar Zahra terbuka. Secepat kilat ekspresi laki-laki itu berubah. Senyum menghiasi waja