“Atala?!” sentak Kahfi dengan kedua mata menajam serta bibir terlipat ke dalam. Ia menatap Zahra penuh permusuhan karena wanita itu memanggil nama Atala. Laki-laki yang harusnya juga hilang dari ingatan sang calon istri. “Atala..” sekali lagi Kahfi mengulang apa yang ia katakan baru saja. Kepalanya terangguk berulang kali. “Kamu jangan bercanda ya, Ra!” sentaknya dengan bentakan yang tak lagi bisa ditahan. Dadanya yang terbalut pakaian pasien rumah sakit terlihat naik-turun. Nafas Kahfi tersengal, terlanjut emosi pada Zahra. “Fi..” pintu ruang perawatan Zahra kembali terbuka. ‘Loh pada kenapa?,’ Brandon yang baru saja masuk mencoba mencari jawab mengapa ruangan perawatan dua sahabatnya terasa sangat dingin dan mencekam. Melalui ekor mata ia bertanya pada Atala. Si sumber keributan yang