Aku tersenyum kecil pada Geraldo walaupun menggerutu di dalam hati. Pandanganku lalu berpindah pada sosok yang ada di sebelah pria itu. Di sana berdiri seorang pria yang kutaksir umurnya nggak jauh berbeda dengan Pak Dewa dan Geraldo, mungkin kisaran seperempat abad ke atas. Walaupun sejujurnya aku malas bertegur sapa dengan pria yang ada di hadapanku ini, tapi aku masih mengingat kebaikannya yang menolongku di saat acara penikahan temannya Pak Dewa kemarin. Setidaknya itu bisa dijadikan alasan untuk nggak terlalu sensitif pada Geraldo meskipun mulutnya itu suka asal ceplas-ceplos kalau berbicara. Memang terkadang bahasa yang keluar dari mulut Geraldo agak sedikit nyentrik, tapi setidaknya pria itu bersikap lumayan baik padaku. Toh, bagaimanapun, anaknya berteman baik dengan Laquinna ju