“Laquinna lagi nungguin kita di bawah,” gumam Mas Dewa dengan napas yang terengah seetelah memberikan jarak di antara bibir kami. Untungnya aku memoleskan lip tint beberapa saat yang lalu sehingga keadaan bibirku kini nggak seperti habis diterpa oleh tornado layaknya ketika aku menggunakan lipstik semi-matte tadi. Mas Dewa menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya. Sementara itu, tanganku nggak lupa meraih tas dan ponselku yang tergeletak di atas tempat tidur sebelum mengekori pria itu dari belakang. Aku dan Mas Dewa berjalan beriringan menuruni anak tangga. Saat sampai di ruang tamu, indra penglihatanku menemukan sosok Laquinna yang sedang duduk di atas sofa, bukan lesehan seperti yang biasanya dilakukan oleh gadis itu. Tatapan Laquinna terfokus pada film kartun yang sedang ditayang