Aku benar-benar melakukan hal yang aku ucapkan pada Mas Dewa tadi malam. Kini aku sudah duduk di atas tempat tidur dengan punggung yang bersandar pada kepala ranjang setelah membuka mata beberapa menit yang lalu. Berbeda dengan diriku, saat ini Mas Dewa masih bergelung di dalam selimutnya dengan wajahnya yang menghadap ke arahku. Meskipun rasa kesal dan marahku belum luruh sepenuhnya, tetapi setidaknya kadar itu sudah jauh menurun dratis. Mungkin hanya tersisa lima sampai sepuluh persen saja. Tanganku meraih ponsel Mas Dewa yang berada di meja nakas sebelah kiri, sesuai dengan posisi tidurnya saat ini. Namun, tidur pria itu terusik ketika tanganku nggak sengaja menyenggol bagian perutnya dan sukses membuat Mas Dewa membuka matanya. "Kamu lagi ngapain?" tanya Mas Dewa dengan matanya yan