Suara langkah kaki terdengar jelas memasuki sebuah kamar. Ruangan terlihat gelap. Cahaya petir yang menyambar-nyambar di atas langit memperlihatkan wajah Arsen sedang memperhatikan Vivian yang tertidur lelap. Arsen menatap liar tubuh Vivian yang menggoda imannya. Perlahan langkahnya mendekat ke arah wanita itu lalu duduk di pinggir ranjang dengan hati-hati tanpa menimbulkan guncangan yang bisa membangunkannya. Tangannya terulur ingin menyentuhnya. Mula-mula hanya kulit wajahnya lalu merambah turun ke bahu, tangan, sampai ke pahanya yang terbuka. Arsen menelan ludahnya kasar tak kuasa menahan sesak di balik celananya. Matanya melihat cetakan p****g milik Vivian yang mengintip dari cela gaun malamnya yang begitu tipis. "Aku tidak sabar menunggu hari di saat kamu menjadi milikku sayang,