Malam semakin larut, namun Justine sedikit pun tak bisa membuat dua kelopak matanya terpejam. Ia resah, gelisah dan takut dalam waktu bersamaan. Mengeratkan pelukan ditubuh sang istri, Justine kembali mengingat undangan perang yang di berikan secara terbuka oleh rekanan bisnis papinya. Siapapun pasti tahu jika ucapan laki-laki bernama.. Ah, Justine lupa, sialan! Padahal sedari bangkit dari kursi restoran Justine mengingatkan diri agar tak melupakan sosok kurang ajar bernyali besar tadi. Siapapun laki-laki itu, Justine akan pastikan untuk melihat wajah istrinya saja, dia tidak akan bisa. "Engg.. Just, mati aku kalau kamu peluk kaya gini." Clara berucap tanpa mau membuka matanya, tangan wanita itu bergerak mencoba melepaskan pelukan Justine. Bukan mengendur, Justine justru lebih mengerat