117. Kami Ajak

1243 Kata

Kenrich terus mengamati pria yang duduk di boncengan orang berjaket hijau tersebut. Ia ingin memastikan apakah yang dilihatnya itu benar atau bukan. Ternyata benar. Itu Damar. “Mau apa lagi dia?” gumam Kenrich sebal. Kenrich ingin membuka jendela dan mengumpat pada Damar, atau turun dan meninju pria yang menjadi mantan istrinya tersebut, tetapi urung. Jika sampai Damar mengikuti mobilnya, akan tahu di mana dirinya tinggal. Lalu nanti selanjutnya akan bertemu Wahda. Bisa berabe nanti. Tidak, semua itu tidak boleh terjadi. Lebih baik pura-pura tidak tahu agar Damar juga tidak tahu tempat tinggalnya. Setidaknya Kenrich lega karena Wahda sudah tidak bekerja di tempat Diana lagi. Tempat tinggal juga sudah pindah. Peluang Damar menemukan Wahda akan kecil. Kecuali kalau mereka saling kontak l

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN