Wahda hanya diam. Menyahut pun percuma karena berdebat dengan Marissa pasti dirinya yang kalah. Wahda tadi tidak tahu jika mertuanya sudah datang. Ia baru menginjakkan kaki, turun dari anak tangga terakhir, tetapi lengannya ditarik sang mertua untuk bicara berdua. “Kamu sudah berhasil merusak tatanan keluarga kami. Sudah kamu kuasai Ken, sekarang targetmu ganti suami saya? Apa sih maumu? Harta? Kekayaan?” Wahda mengembuskan napas panjang. “Katakan! Berapa yang kamu butuhkan? Saya akan beri, tapi jauhi putra dan suami saya. Jangan lagi menyuruh suami saya ikut keyakinanmu.” Marissa bicara sesekali melihat keadaan sekitar, takut kepergok Kenrich atau orang lain. “J4lang kamu itu! Atau kamu obral juga tubuhmu untuk suami saya? Sampai-sampai dia ikut liburan sama kalian. Dimanjakan dua mi

