165. Ikatan Batin

1492 Kata

Wahda menggeleng. “Bukan. Mana berani hubungi dia, Put. Kakak mau hubungi orang tua di Yogya.” Wahda merasa, ini saatnya ia menghubungi orang rumah. Ia akan bertaruh nyawa untuk melahirkan. Entah nanti masih ada kesempatan hidup atau tidak. Untuk itulah, penting untuk meminta maaf pada mereka. Wanita itu memegang ponsel dengan tangan gemetar. “Bismillah.” Wahda mulai mencari kontak sang ibu, lalu meneleponnya. Selama ini, Wahda ganti nomor. Sementara nomor orang rumah masih tersimpan rapi tidak pernah dijamah ataupun dihapus. Telepon tersambung. Tulisan ‘berdering’ terlihat di layar. Ia menunggu dengan waswas sambil menahan kontraksi yang acapkali hilang timbul. Tidak diangkat. Mungkin karena nomor baru. Wahda akhirnya mengirim pesan. “Assalamualaikum. Bu, ini Wahda. Ada hal yang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN