13.Bagaimana Bisa?

1211 Kata

“Nggak sudi!” pekik Wahda, lalu panggilan pun dimatikan secara sepihak olehnya. Wahda kira, penawaran itu sudah tidak berlaku lagi. Sampai-sampai ia tidak pernah memikirkannya. Rupanya masih. Jum tersenyum. “Jangan galak-galak sama Den Ken, nanti benci jadi cinta loh.” “Amit-amit, Mak. Nggak mungkin.” “Ya sudah, makanlah dulu. Biar dipesankan taksi sama Jaka. Kita periksa. Kalo anak buah Aden tanya nanti, sepakat bilang tiba-tiba nyeri lagi. Gitu saja, ya, Nya.” Wahda mengangguk patuh. “Setelah makan, Nyonya sekalian bersiap-siap. Nanti kita segera berangkat.” Jum lekas meninggalkan Wahda. Di depan kamar, sudah ada Jaka yang menunggu. “Gimana, Mak? Dia masih kesakitan? Masih marah sama aku?” Jum membawa putranya menjauh dari depan kamar Wahda. Tiba di dapur, ia memukul keras pun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN