193. Anak Durhaka

1187 Kata

“Seenaknya saja bajing*n itu. Biarkan saja, nggak usah diurus. Biar m4ti saja,” jawab Kenrich geram. “Tapi dia ditinggal di sini, Ken. Pas aku pulang, tahu-tahu dia di teras,” sahut Dariel dari seberang. “Biarkan saja di luar. Biar mati kedinginan. Dia lupa apa sama perlakuan sama Mommy. Masih beraninya datang. Menjijikkan.” Kenrich jadi teringat bagaimana dulu ia hampir mati kedinginan di teras saat mengambil hati Wahda. Ia mengulum senyum. Dean terdengar merengek karena bocah itu memang sudah mengantuk dan lelah. “Ya sudah, aku urus dulu Daddy. Dean kedengarannya nangis.” “Baiklah. Tetap kabari kalau ada apa-apa. Sekarang aku mau ke sana juga nggak mungkin. Sudah larut malam. Kasihan Dean kalau harus perjalanan jauh lagi.” “Nggak perlu. Biar tua bangka itu kuurus dulu. Maaf mengg

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN