“Kebiasaan. Ngomong belum selesai, udah ditutup aja,” gumam Wahda kesal. Cepat-cepat Wahda kembali menghubungi Kenrich. Tidak diangkat. Namun, wanita itu tidak menyerah. Terus dihubungi sampai pada panggilan ketiga, barulah diangkat. “Kamu di depan mana?” “Kantormu.” “Ngapain datang ke kantor? Bukannya kamu yang bilang nyuruh aku pulang sendiri? Kamu juga bilang untuk merahasiakan pernikahan kita dari publik?” cecar Wahda langsung. “Saya membawa makanan.” “Nggak perlu! Aku udah makan. Pulang lagi sana! Aku sibuk!” “Masih marah?” Wahda tertawa. “Marah atas dasar apa? Aneh. Aku pokoknya nggak mau keluar. Terserah mau tetap di situ atau pergi.” “Saya akan nekat masuk kalau kamu tetap keras kepala.” “No! Kalo kamu lakuin itu, selamanya aku nggak akan lagi pulang ke apartemenmu! Aku b