27.Pura-Pura Tidur

1279 Kata

Wahda spontan mendorong tubuh pria itu setelah bisa menguasai keadaan, menatapnya tajam. Dibersihkannya bibir secara kasar dengan telapak tangan. “Apa maksudmu bilang kayak gitu?” “Jangan kayak bocah. Kamu marah gara-gara kemarin tidak saya turuti, kan?” Wahda tertawa. “Kamu pikir aku sekanak-kanakan itu? Aku bukan marah gara-gara itu!” “Lalu apa?” Kenrich kembali mendekat sampai tubuhnya menempel pada sang istri. Wahda ingin menghindar atau mengelak, tetapi tubuhnya justru ditahan oleh Kenrich dengan kedua tangan. Wanita itu menatap tajam pria di hadapannya. Matanya mulai mengembun. “Kamu bohong sama aku, Ken!” “Masalah apa?” “Tisya! Dia sebenernya belum meninggal, kan!” Cekalan Kenrich mengendur. “Jawab!” “Permisi, saya membawa buku menu. Mau pesan apa?” Seorang pramusaji

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN