Ketika Damian keluar dari klinik hendak makan siang, laki-laki itu bertemu dengan Alana yang terlihat sedang melihat-lihat Ruko sambil tersenyum. Damian senang karena Alana terlihat sudah tidak sedih dan ketakutan seperti kemarin.
"Mau lihat dalamnya nggak?" Bisik Damian tiba-tiba. Membuat Alana terlonjak kaget lalu tersenyum manis.
"Mas ngagetin ih! suka tiba-tiba datang nggak kedengeran langkah kakinya." Protes gadis itu. Damian sungguh suka sekali panggilan mas yang di ucapkan oleh Alana untuk dirinya.
"Kamunya aja yang kelihatan kaya ngelamun makanya nggak denger suara aku. Pasti lagi bayangin rukonya udah full bunga cantik terus kamu ada di dalam toko sebagai pemilik yah?" Tebakan Damian tepat sasaran. Alana terkekeh menanggapi.
"Emang mas bawa kuncinya nawarin lihat dalam?"
"Bawa!" Damian terlihat merogoh kantong celananya kemudian mengeluarkan segerombolan kunci dengan gantungan gambar Spongebob. Untuk sesaat Alana tersenyum geli sebab selera Damian ternyata bisa sekekanakkan itu. "Nih kamu pegang aja kuncinya. Nanti masalah kontrak belakangan aja kalau kamu udah senggang." ucap Damian sambil melepaskan salah satu kunci dari kumpulan kunci yang dia miliki. Alana menerimanya sambil tersenyum. Menurutnya Damian terlalu baik sebagai seorang laki-laki. Kadangan Alana sampai tidak percaya ada manusia sebaik Damian di dunianya.
"Harganya tapi udah fix nggak bakal naik lagi hanya karena aku pegang kunci duluan sebelum bayar kan?" pertanyaan Alana dengan nada bercanda itu membuat Damian tertawa geli.
"Kalau aku naikin lagi nanti kamu ngembek pasti."
"Iya dong! Kalau kamu lewat aku nggak bakalan nyapa." Balasan Alana lagi-lagi membuat Damian tertawa. Siapapun yang melihat dua orang itu pasti bisa melihat keromantisan yaang terpancaar dari interaksi keduanya, sekalipun obrolan keduanya hanya obrolan biasa saja.
"Jangan dekati istriku!" Tiba-tiba saja Argo datang entah dari mana dan menarik Alana ke belakang tubuhnya dengan sedikit kasar. Damian bisa melihat Alana terlihat kesakitan.
"Istri yang udah lo gebukin sampai babak belur demi belain perempuan lain? Atau istri yang mau lo tukar pakai perusahaan?" Balas Damian dengan nada sarkas. Argo terlihat sangat marah.
"Ternyata selain mau ngerebut istri gue lo juga tukang fitnah yah? Gue bisa laporin lo ke pihak berwajib kalau lo masih fitnah gue yang nggak-nggak." Ancam Argo tampak kesal.
"Kalau yang gue bilang termasuk fitnah, perusahaan Alana tidak mungkin ada di tangan selingkuhan lo itu." Ucap Damian sambil menyilangkan kedua tangannya di d**a. "Laki-laki kaya lo ini cassingnya doang kelihatan pinter dan baik, tapi aslinya plin-plan dan busuk." Tambah Damian lagi.
"Lepasin aku! Aku lagi ngobrolin ruko sama mas Damian. Lagian ngapain lagi sih kamu ke sini! Aku udah perjelas keputusan aku kemarin." Ucap Alana berusa melepaskan cekalan Argo di tangannya yang terasa sakit. Melihat itu, Damian rasanya ingin sekali memukul laki-laki menyebalkan di hadapannya kemudian mematahkan tangannya agar tidak bisa menyakiti Alana lagi. Tapi dalam situasi sekarang, dia tidak bisa terlalu ikut campur sebab status Alana memang masih istri Argo.
"Lepasin kamu terus biarin kamu berduaan sama si miskin ini huh? Nggak akan pernah!" genggaman Argo semakin mengerat. Damian rasanya ingin tertawa karena dia di sebut miskin oleh orang yang hartanya tidak ada seperempat harta pribadinya. Apalagi kalau di gabung dengan kekayaan Windsor, kekayaan Argo bahkan tidak ada satu persennya.
"Dengar Alana! Untuk wanita yang sudah dibuang oleh laki-laki tidak tahu diri ini, aku menawarkan pembalasan dendam. Kalau kamu setuju, silahkan datangi aku malam ini. Aku pastikan laki-laki tidak berguna ini akan hancur berantakan." Ucapab Damian membuat dua orang yang sedang berdebat itu menoleh secara bersamaan. Damian meletakkan kunci yang tadi belum sempat Alana ambil ke telapak tangan gadis itu sambil tersenyum. "Kalau dia nyakitin kamu, teriak aja. Semua orang di sini akan belain kamu." Bisik Damian kemudian meninggalkan dua orang itu sambil melirik Argo penuh permusuhan.
Awalnya Alana hanya menganggap ucapan Damian hanya prasangka belaka. Dia pikir, Damian hanya salah sangka mengira Alana benar-benar di buang oleh Argo padahal selama ini Argo selalu berusaha untuk membatalkan perceraian mereka sekalipun tidak pernah meminta maaf atas perlakuan kasarnya.
Sebenarnya ada beberapa persen dari tekad Alana yang masih berharap pernikahannya tetap utuh. Kadang Alana berandai-andai. Seandainya saja Argo mau bersikap tegas pada Nanaw untuk tidak lagi ikut campur urusan pribadinya dan tidak lagi bekerja di tempat yang sama dengannya sambil bersungguh-sungguh meminta maaf, mungkin saja Alana masih bersedia memberikan satu kesempatan lagi untuk pernikahan mereka. Tapi jangankan ketegasan, permintaan maaf saja yang tulus saja tidak pernah Alana dengar sekalipun. Gadis itu sangat bimbang dalam patah hatinya. Alana belum benar-benar bisa memutuskan dengan pasti apakah dia akan berpisah atau bertahan. Semuanya masih dia pikirkan baik-baik secara matang sekalipun setiap kali bertemu dengan Argo dia terus mengatakan ingin berpisah.
Sejujurnya keputusan yang Alana sebutkan bermaksud untuk membuat Argo menyadari bahwa laki-laki itu sudah hampir kehilangan istrinya sehingga dia memiliki kesadaran untuk meminta maaf. Tapi hingga detik ini, laki-laki itu tidak kunjung peka. Kadang Alana berpikir Argo memang tidak pernah mencintainya.
"Dia sudah pergi kan? karena itu lepaskan tanganku karena ini sakit Argo!" Ucap Alana sambil menghentakkan tangannya hingga genggaman tangan Argo terlepas. Gadis itu kemudian melirik laki-laki yang statusnya masih suaminya itu dengan lirikkan penuh kekesalan. Tangannya terlihat memerah dan itu memang sakit, Alana tidak berbohong. Dari raut wajah Argo, Alana bisa melihat laki-laki itu sedikit merasa bersalah. Tapi lagi-lagi Alana berharap terlalu tinggi karena mulut Argo seperti anti meminta maaf padanya padahal laki-laki itu sudah jelas menyakiti Alana.
"Kita pergi ke rumah kamu sekarang! Ayah kamu sudah menghubungi kamu kan? Kita bicarakan dengan matang masalah kita. Stop bawa-bawa orang lain dalam masalah kita Alana! Kamu tidak malu urusan Rumah Tangga kita jadi konsumsi publik huh? Dan berhenti kekanakan! aku tidak pernah selingkuh itu hanya prasangka kamu saja. Soal perusahaan kita akan bicarakan baik-baik Alana! sekalipun saham kamu sudah sepenuhnyaa jadi milik Nanaw, tapi sahamku masih jadi milik kita berdua karena kita masih suami-istri. Aku tidak pernah membuangmu seperti yang di katakan oleh si miskin tadi!" Ucap Argo panjang. Tapi diantara kalimat panjangnya itu, tidak ada satu patah katapun yang bertujuan untuk meminta maaf. Alana sampai heran, apakah meminta maaf sesulit itu bagi Argo?
"Baik! Kali ini aku akan pergi sama kamu asal kamu janji tidak akan macam-macam sama aku di mobil apalagi sampai mukul!" Ucap Alana mengalah. Dia sudah sedikit luluh karena penjelasan panjang Argo sekalipun tidak ada permintaan maaf sedikitpun.
"Oke! janji! sampai kapanpun aku sungguh tidak akan menyakiti kamu lagi asal kamu berhenti bertemu dengan laki-laki lain." Ucap Argo yang sebenarnya membuat Alana cukup tergelitik kesal karena laki-laki itu juga berprasangka yang tidak-tidak padanya tapi dia sendiri tidak suka jika Alana berprasangka buruk tentang kedekatannya dengan Nanaw. Tapi Alana tidak mau berdebat lagi karena hari sudah siang dan Ayahnya mungkin sudah menunggu. Tadinya mereka memang berencana bertemu sore sekalian makan malam. Tapi rupanya Argo ada urusan di sore hari. Karena itu mereka akhirnya sepakat untuk bertemu di siang hari.
Sesampainya di kediaman Orang Tua Alana yang megah, keduanya ternyata sudah di tunggu oleh Denis di ruang kerjanya. Alana diam saja dan tidak berniat menyapa ayahnya karena dia masih kesal. Sementara Argo bersikap ramah seperti biasanya. Keduanya duduk beriringan di sofa yang ada di kediaman Denis. Argo membuka pembicaraan ringan dengan mertua laki-lakinya itu sementara Alana memilih untuk tetap diam hingga beberapa orang datang dan bergabung dengan mereka di sofa panjang itu.
"Perkenalkan pak Argo, saya Wiratama. Saya adalah pengacara pak Denis. Dan mereka bertiga adalah tim saya." Perkenalan laki-laki itu membuat Argo cukup bingung. Tapi Alana sendiri sebenarnya sudah menduga Ayahnya akan menyewa Pengacara mengingat ambisi ayahnya yang menggila jika berhubungan dengan bisnis. Alana yakin sekali ayahnya hanya akan mnggertak Argo menggunakan perusahaan agar pernikahan Argo dan Alana kembali utuh. Menurut Alana, Denis sudah merasa bisnisnya mulai terganggu karena permasalahan yang terjadi di Rumah Tangga Alana dan Argo. Jika yang terjadi sesuai prediksi Alana, gadis itu ingin mengajukkan beberapa syarat jika Argo masih mau mempertahankan pernikahan mereka. Salah satunya adalah pemecatan Nanaw dari perusahaan Argo dan perjanjian tertulis tentang kompensasi besar jika Argo sampai berani memukulinya lagi.
"Saya akan memberikan seluruh Saham yang saya miliki di perusahaan Alana yang sekarang di pegang oleh kamu dan adik kamu itu dengan satu syarat." Ucap Denis mulai membuka pembicaraan tanpa basa-basi. Alana bisa melihat raut wajah Argo terlihat senang untuk beberapa detik.. Hal itu menciptakkan denyut sakit di dadanya sekalipun semuanya belum jelas. Mulai banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya setelah melihat kesenangan di wajah suaminya yang terlihat hanya beberapa detik saja itu. Apakah ucapan Damian kalau dia sudah dibuang oleh suaminya adalah kebenaran? pertanyaan itu yang paling dominan hadir di kepalanya.
"Syarat apa Yah?" tanya Argo berpura-pura biasa saja.
"Ceraikan Alana dan batalkan perjanjian pernikahan kalian. Jika kamu melakukannya maka saya akan memberikan seluruh saham saya tanpa syarat." Ucap Denis membuat Alana merasakan sesak di d**a. Perusahaan itu dia bangun dengan susah payah dari Nol. Dan ayahnya adalah saksi bagaimana jatuh bangunnya dia membesarkan perusahaan itu. Tapi hanya karena merasa terganggu, Denis dengan mudahnya ingin memberikan perusahaan itu agar Argo dan Alana segera bercerai.
Dalam keadaan yang paling di rugikan di sana, Alana menoleh ke arah Argo sambil berharap laki-laki itu lebih memilih mempertahankannya dibanding perusahaan. Argo tentu saja tahu seberapa susah payahnya Alana membesarkan perusahaan.
"Jadi apa yang kamu pilih Argo? kalau kamu mau kembali bersama Alana, maka kembalikan saham yang sudah diambil oleh Nanaw kepada Alana. Tapi jika kamu memilih saham yang Ayah miliki, maka batalkan perjanjian secara sah dan ceraikan Alana segera. Selanjutnya kamu tidak boleh ikut campur lagi masalah Alana dan masalah keluarganya. Jangan ganggu perusahaanku lagi dan jangan ganggu Alana." Denis kembali menegaskan.
"Argo memilih perusahaan Yah!" Jawaban Argo dengan suara lirih yang tampak ragu itu seperti petir di siang bolong bagi Alana. Matanya memanas dengan hebat dan tenggorokannya sampai sakit menahan sesak. Tapi di situasi itu, Alana tidak sudi menangis. Dia tidak mau terlihat lemah di depan dua orang yang dia pikir sudah membuangnya itu.
Alana langsung mengambil surat perjanjian Cerai yang di sodorkan oleh Wiratama kemudian berdiri. "Sudah selesai kan? Selamat atas kemenangan kalian." Ucap Alana kemudian pergi dari sana dengan langkah pasti. Rasanya dia ingin segera keluar dari rumah besar itu agar dia bisa menangis. Tapi ketika dia sampai di pintu gerbang, Argo mengejarnya dan meraih tangannya.
"Alana! sekarang keuangan perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Karena itu aku belum bisa mengembalikan saham yang sudah di beli oleh Nanaw untukmu. Aku masih membutuhkan uang bayak, dan dengan saham yang diberikan oleh ayah kamu maka baik perusahaanku maupun perusahaan kamu akan selamat. Aku juga bisa mendapatkan uang besar dari saham ayah kamu yang akan aku jual sebagian untuk mengembalikan saham kamu. Karena itu kita bercerai dulu sementara nanti__" Kalimat Argo terhenti karena tamparan keras di pipinya yang berasal dari tangan Alana.
"Apakah menurutmu pernikahan sama dengan bisnis yang bisa di lepas jika merugikan lalu bisa kamu ambil kembali jika kembali menguntungkan?" ucap Alana dengan suara dingin. "Aku tidak akan sudi kembali lagi pada laki-laki yang sudah membuangku apapun alasannya. Karena itu jauhkan wajahmu dariku mulai sekarang jika kamu tidak ingin mendapatkn tamparan di bagian yang lain." Tambah Alana lagi. Tapi detik berikutnya, Gadis itu justru di tampar keras oleh Nanaw yang entah datang dari mana. Sudut bibirnya sampai berdarah.
"Berani-beraninya kamu pukul mas Argo! kamu itu cuma wanita tidak tahu diri yang nggak becus jadi istri." Teriak Nanaw penuh kemarahan. Gadis itu hendak memukul Alana lagi tapi di tahan oleh Argo karena para pengacara dan Denis keluar mendengar keributan itu.
Alan diam selama beberasa saat sambil melihat cara Argo yang begitu lembut menenangkan Nanaw yang marah. Padahal yang terluka adalah Alana. Sepenuhnya gadis itu menyadari bahwa dia sudah di buang.
Dadanya penuh sesak oleh kemarahan dan rasa kecewa. Apalagi telinganya terus mendengar Nanaw terus memakinya karena tamparan yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan pukulan Argo yang sampai membuat Alana babak belur belum lama ini.
Alana menggores sepatunya pada tanah basah yang dia pijak diam-diam, setelah itu dia melepasnya tanpa membuat kebisingan. Detik berikutnya dia melemparkannya dengan keras dan mengenai pipi Nanaw sampai gadis itu terhuyung ke belakang nyaris jatuh. Argo berteriak memperingatkan Alana sementara Denis datang dan langsung menyuruh Alana pergi.
Herannya hujan turun dengan begitu deras mengiringi langkah Alana yang penuh luka. Pipinya sakit karena pukulan Nanaw, tapi hatinya jauh lebih sakit. Alana terus berjalan menembus hujan, tidak lagi peduli bahwa dia hanya menggunakan sepatu sebelas saja. Deraian air mata bersatu dengan tetesan air hujan yang menimpa wajahnya. Suara tangisannya seperti tertahan di dalam d**a karena rasa sakit teramat sangat yang sulit ditahannya.
Alana berjalan kaki dari rumahnya menuju Apartemen tempatnya dan Damian tinggal. Padahal jaraknya lumayan jauh. Begitu sampai di lantai tempat unitnya berada, Alana memilih berhenti di depan pintu Unit Damian kemudian mengetuknya dengan menggunakkan sisa tenaganya yang tidak banyak. Hanya dalam hitungan detik saja, pintu kamar Damian terbuka. Laki-laki itu kaget bukan main melihat Alana basah kuyup dengan mata dan pipi yang memerah.
"Apaakah tawaran balas dendam tadi sudah berlaku sekalipun sekarang belum malam?" tanya gadis itu lirih. Ada bendungan air mata di kelopak matanya yang langsung jatuh ketika dia selesai berbicara.
"Tentu saja! aku akan membuat mereka lebih hancur dari hancurnya kamu sekarang." Balas Damian lembut. Alana kemudian menangis sejadi-jadinya dan luruh ke lantai. Menumpahkan semua luka yang tadi terus ditahannya sepanjang perjalanan. "Demi Tuhan aku akan membuat luka mereka seribu kali lebih sakit dari yang sekarang kamu tanggung Alana. Karena itu jangan sia-siakan air mata kamu yang berharga ini." Tambah Damian lagi sambil ikut berjongkok dan mengelus rambut Alana yang basah.
"Tapi aku tidak punya apa-apa mas. Aku hanya memiliki diriku sendiri dan sedikit keahlian untuk membuka toko bunga." Gadis itu kembali terisak.
"Itu sudah lebih dari cukup! Aku tidak meminta apapun dari kamu selain melupakan mereka semua yang sudah menyakiti kamu." Balas Damian penuh perhatian. Laki-laki itu bergerak mengambilkan minuman hangat yang langsung di habiskan oleh Alana.
Damian bersyukur karena setelah selesai makan siang dan kembali ke klinik, ada barang yang tertinggal di Unitnya sehingga dia ada di rumah ketika Alana datang.
Maria baru pulang ketika dia melihat Alana menangis di depan pintu Unit Damian. Wanita itu langsung berlari dari arah Lift dan memeluk sahabat barunya itu dengan penuh kasih sayang.
"Tolong tenangkan dia Mar, aku harus kembali bekerja. Nanti bawa ke klinik setelah ganti baju biar aku bisa obati lukanya." Ucap Damian diangguki Maria. Damian membiarkan unitnya terbuka. Alana kemudian bangkit dan berjalan sambil tertatih ke kamar Maria setelah mengucapkan terimakasih pada Damian. Melihat semua itu kemarahan Damian rasanya sudah sampai membakar hati dan kepalanya. Laki-laki itu rasanya ingin menyiksa Argo sampai dia memohon ampun saat ini juga. Tapi Damian tidak mau jadi sekejam itu tanpa persetujuan Alana. Dalam balas dendam yang dia tawarkan, semua menunya harus datang dari Alana agar hidangan balas dendam itu bisa dinikmati dengan sempurna oleh Gadis cantik yang sedang terluka itu.