CDD-2 Chapter 103

1755 Kata

Athira duduk terpaku di kursi kayu ruang tamunya. Sunyi. Sepeninggal Pak Athar, suasana rumah begitu hening hingga suara detik jam dinding pun terdengar jelas. Air matanya jatuh perlahan. Bukan karena teriakan. Bukan karena cacian. Tapi karena kata-kata yang tenang... yang justru terasa paling menusuk. “Dia sudah punya calon istri yang sepadan.” Kalimat itu menggema di benaknya, memukul perasaannya tanpa ampun. Athira menggigit bibirnya, menahan isak. Ia tak ingin membuat suara. Ia hanya ingin menangis... dalam diam. Tangannya mengepal erat di pangkuan. Bahunya sedikit bergetar. Air matanya terus mengalir, tapi wajahnya tetap menghadap ke depan—tatapan kosong yang penuh luka. Ia sadar kini… Dia bukan siapa-siapa. Hanya seorang gadis biasa. Hidup sederhana. Berusaha keras men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN