Setelah beberapa menit di ruang klinik sekolah, perlahan kelopak mata Athira bergerak. Nafasnya mulai teratur, dan suara samar perawat memanggil namanya membuatnya kembali ke dunia nyata. "Athira... kamu sudah sadar?" Suara itu bukan hanya dari perawat, tapi dari seseorang yang duduk di sisi ranjangnya sejak tadi. Matanya terbuka perlahan. Cahaya lampu klinik terasa menyilaukan, dan pandangannya buram. Namun yang pertama kali ia lihat adalah sosok Azka—duduk di kursi, membungkuk sedikit, dan menatapnya penuh kekhawatiran. "Azka...?" ucap Athira pelan, suaranya parau. Azka langsung berdiri, wajahnya lega namun canggung. "Alhamdulillah... kamu sadar juga. Aku sempat takut banget tadi," ujarnya pelan, suaranya nyaris bergetar. "Kamu tahu nggak? Kamu bikin aku hampir gila." Athira menge

