Sementara di rumah Athira yang sederhana namun hangat, Arman duduk di sofa ruang tamu kecil dengan wajah tenang namun hati yang berdebar. Tangannya menggenggam sebuah kotak kecil berlapis beludru merah marun, berisi seperangkat perhiasan berlian yang berkilau indah, bukan sekadar hadiah, tapi simbol dari sesuatu yang lama tertunda. Asih keluar dari dapur, masih mengenakan apron dan kerudung sederhana. Wajahnya yang tetap cantik di usia 45 tahun menampakkan keraguan ketika melihat ekspresi serius di wajah Arman. “Mau minum teh lagi?” tanya Asih, mencoba mengalihkan suasana yang mulai terasa asing. Arman menggeleng pelan. Ia berdiri, lalu membuka kotak kecil di tangannya dan memperlihatkan cincin berlian yang sangat elegan, kalung mungil bertatahkan batu safir, dan sepasang anting yang be

