Malam itu setelah lamaran resmi Azka dan Athira berlangsung dengan penuh haru, suasana rumah Athira perlahan mulai tenang. Arman duduk sebentar di ruang tamu, menatap wajah Asih dengan sorot mata yang lembut namun penuh penyesalan dan kerinduan yang menahun. Dengan nada pelan tapi mantap, Arman berkata: “Aku pamit dulu, Asih… Tapi sebelum aku benar-benar kembali ke rumah besar kita nanti, aku ingin satu hal.” Asih menatapnya, diam. Perasaannya campur aduk. "Secara hukum, kita memang nggak pernah bercerai. Tapi aku sadar… selama ini aku juga nggak pernah benar-benar menjalankan tugasku sebagai suami,” lanjut Arman. “Besok, aku akan mengurus semuanya untuk pernikahan kita secara agama. Aku ingin menjemput kamu secara sah… sebagai istri yang sudah terlalu lama aku tinggalkan.” Asih terd

