Merindukan kenangan yang membekas

1840 Kata

Irene yang awalnya masih berusaha menahan rasa curiga, kini menatap layar ponsel Athar dengan mata membelalak. Gambar itu jelas menunjukkan Athar dalam balutan jas pengantin, berdampingan dengan seorang wanita berhijab yang tersenyum lembut. Napas Irene tercekat. Tangannya refleks menggenggam lebih erat tas kecil di pangkuannya. "Athar… ini apa?" suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya. Athar yang sedang mengemudi langsung melirik sekilas ke ponselnya sebelum dengan cepat mengambilnya dari tangan Irene. Ia menghela napas, seolah sudah menduga sesuatu seperti ini akan terjadi. "Itu bukan urusanmu, Irene," jawabnya singkat, memasukkan ponselnya ke dalam saku. Tapi Irene tidak bisa diam begitu saja. "Bukan urusanku? Kau bercanda, kan?" Ia tertawa kecil penuh ketidakpercayaan. "Kita a

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN