Menjelang sidang persidangan

1398 Kata

Zaozah duduk di sudut kamar kosnya yang sederhana, jemarinya mengelus perlahan permukaan foto pernikahan mereka. Dalam bingkai itu, ia melihat dirinya tersenyum bahagia di samping Athar. Senyuman yang begitu tulus, tanpa kepalsuan. Matanya berkaca-kaca. "Apa semua itu hanya ilusi?" bisiknya pelan. Ia mengingat kembali hari itu—bagaimana Athar menggenggam tangannya saat ijab kabul selesai, bagaimana tatapan mata lelaki itu begitu dalam saat menatapnya di depan penghulu. Sejenak, ia merasa bahwa pernikahan mereka nyata, bahwa ada cinta yang hadir meskipun samar. Namun kenyataannya berkata lain. Semua berubah menjadi dingin, penuh luka, dan sekarang akan berakhir begitu saja. Setetes air mata jatuh ke kaca bingkai. Zaozah buru-buru mengusapnya, lalu menghela napas panjang. "Mungkin ini me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN