"Kenapa Uncle ada disini?" Gilang menoleh memandang keponakannya. Wajah cantik itu terlihat sendu. Pipinya memerah karena terik matahari. Mereka sedang duduk di atas bangku yang ada di taman panti. Tepat di bawah pohon mangga yang tumbuh tinggi.
"Kenapa memangnya? Uncle gak boleh ya ada disini?" Syaquilla menoleh. Matanya yang berwarna kehijauan menatap ke arahnya. Mata yang diturunkan dari ibunya, tebak Gilang. Karena Adskhan memiliki bola mata kecoklatan. Wajahnya yang lembut tampak menggeleng.
"Bukan begitu. Hanya saja Qilla dengar hari ini Oma akan ngadain syukuran kepulangan Uncle di rumah." Jawab Syaquilla dengan nada datar. Gilang melihat rok yang dikenakan gadis itu bergerak maju mundur.
"Trus? Kalo Oma ngadain syukuran, uncle gak boleh kesini?"
"Bukan begitu, uncle." Jawab Qilla dengan nada putus asa. Gilang suka mendengar jika gadis di depannya ini sudah merengek manja. Rasanya seperti melihat Syaquilla sepuluh tahun yang lalu saat dia masih remaja. "Maksud Qilla kan, uncle bintang utamanya. Masa iya bintang utamanya gak ada."
Gilang mengangkat kedua bahunya dengan santai. Ia memilih menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kayu tersebut. "Ya, anggap aja kewajiban. Oma juga bakalan ngerti kalau uncle bilang begitu. Oma kan tahu profesi uncle." Jawab Gilang masih dengan santainya. Kepalanya mendongak, memilih untuk melihat langit yang cerah di atasnya. "Kamu sendiri, kenapa malah disini? Kamu mau jadi cucu durhaka karena gak mau bantuin Oma?"
Syaquilla terenyak. Memandang Gilang dengan sorot tak percaya. "Uncle kok ngomongnya gitu? Qilla kan disini gantiin Aunty Gisna. Papa sama Mama juga udah ngijinin itu."
"Ohh.. uncle kira kamu disini karena kamu ngehindarin uncle." Gilang melihat wajah memucat keponakannya dari ujung matanya.
"Ke-kenapa uncle bilang begitu?" Tanya gadis itu terbata. Ia tidak berani memandang ke arah Gilang.
"Gak tau. Cuma perasaan aja." Jawabnya sederhana. Ya, memang hanya perasaannya saja bahwa Qilla memang tampak menghindarinya. Meskipun gadis itu berusaha melakukannya secara tak kentara.
Kenapa Gilang bisa menyimpulkan demikian? Itu karena hasil pengamatannya selama ini. Syaquilla tidak pernah bersedia melakukan video call dengannya, bahkan ketika semua keluarganya berkumpul. Gadis itu juga tidak ikut keluarganya saat mereka mengunjungi Gilang ke Jerman. Dan ketika Gilang pulang ke Indonesia, gadis itu sama sekali tak pernah menunjukkan batang hidungnya. Terakhir saat makan malam di rumahnya, gadis itu lebih memilih untuk mengurung dirinya di ruang kerja ayahnya daripada menemani adik-adiknya bermain seperti kebiasaannya.
Selalu saja ada alasan yang dibuat Syaquilla supaya tidak berada dalam satu ruangan yang sama dengannya. Awalnya-di tahun-tahun awal kepindahan Gilang-ia berpikir bahwa ketiadaan Syaquilla diantara keluarganya adalah karena kesibukannya dengan beasiswa dan kuliahnya. Tapi makin kemari, entah kenapa Gilang merasa bahwa gadis itu memang secara sengaja menghindarinya.
Bahkan hari ini.
Syaquilla bukanlah gadis pemalas. Dia selalu membantu jika memang keluarganya memerlukan bantuannya, seperti acara yang dibuat ibunya untuk penyambutannya kali ini. Tapi secara nyata gadis itu memilih untuk tidak ada disana dengan alasan harus pergi ke yayasan, padahal Gilang tahu Bu Teti pun lebih dari sekedar mampu untuk melakukan kegiatan ini.
Tapi bukan hanya hal itu yang membuat Gilang berpikir. Alasan lainnya adalah kenapa ia harus merasa kesal?
Ya. Ia kesal. Sangat kesal.
Kesal karena Syaquilla terus menerus menjaga jarak darinya. Tapi ia sendiri tidak tahu kenapa.
Saat ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke Jerman dulu, semua ia lakukan demi menghindari gadis itu. Karena jujur saja, ia merasakan sebuah rasa yang tak pantas untuk keponakan sambungnya yang saat itu masih remaja.
Ia selalu merasakan rindu jika melihat gadis itu. Ia bahkan merasa tak rela ketika suatu waktu sahabat dari sahabat gadis itu berkunjung dan secara terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Syaquilla. Cemburu? Tentu saja Gilang tahu itu rasa cemburu. Dia pria dewasa, jadi tidak mungkin dia tidak tahu rasa itu. Tapi ia sendiri merasa tidak pantas untuk memiliki rasa itu pada Syaquilla. Meskipun bibirnya mengatakan bahwa berhubungan dengan gadis seusia Syaquilla terasa seperti berhubungan dengan keponakan sendiri. Tapi hatinya berkata lain.
Alasan ia sering menghubungi keluarga adik kembarnya adalah Syaquilla. Ia ingin melihat wajah gadis itu setiap kali melakukan video call dengan keluarga adiknya. Atau setidaknya mendengar suaranya. Namun harapannya tidak pernah terkabul. Karena entah bagaimana radar gadis itu sepertinya begitu kuat. Karena selalunya gadis itu tidak ada atau berpura-pura tidak ada setiap kali Gilang menghubungi Caliana.
Tidak hanya itu. Setiap ada perayaan di keluarganya dimana setiap keluarganya wajib berkumpul. Dan Gilang mencoba menghubungi keluarganya, Gadis itu pun tidak pernah muncul dalam layar. Selalu ada alasan yang dibuatnya. Entah itu sibuk yang sebenarnya ataupun sibuk yang dibuat-buat.
Dan ketika Gilang memilih untuk menghabiskan masa liburannya dengan kembali ke Indonesia. Gadis itu juga tak pernah muncul setiap kali dia berada.
Lima tahun. Butuh waktu lima tahun bagi Gilang sampai akhirnya dia melihat gadis itu dan itupun di apartemennya sendiri. Sungguh sebuah keajaiban. Ketika Gilang mengejar tempat yang dikiranya akan ads Syaquilla, gadis itu tak ada disana. Tapi tiba-tiba ia bisa melihatnya di tempat yang Gilang pikir tidak akan pernah dikunjungi gadis itu.
Gilang kesal. Sangat kesal.
Memang ia yang mulanya memilih menjauhi gadis itu demi menghilangkan rasa yang ia pikir tak pantas dimilikinya. Tapi sekarang, kenapa saat gadis itu memilih menghindar darinya ia yang malah berbalik tak suka? Ia marah. Tapi ia bingung harus marah pada siapa?
Ialah yang sejak awal memutuskan untuk menghentikkan kegilaan ini. Siapa yang tidak tahu kalau Syaquilla menyukainya. Dari tatapan matanya, caranya memberikan perhatian pada Gilang. Gilang tahu gadis itu menyukainya. Hanya saja Gilang selalu menolaknya. Demi Tuhan. Syaquilla adalah sahabat baik keponakannya, Carina. Dan dia juga kini telah menjadi putri sambung adik kembarnya, Carina. Gilang sudah melihatnya tumbuh sejak gadis itu masih mengenakan seragam putih biru. Apa pantas baginya memiliki perasaan lain? Bisa-bisa ia malah dituduh sebagai seorang p*****l.
Dan ketika ia mendengar dari Carina kalau Qilla memiliki kekasih. Gilang benar-benar terkejut. Dadanya serasa digenggam oleh sesuatu lalu ditarik sebegitu kencangnya. Padahal seharusnya dia berbahagia, bukan? Setidaknya ia tahu bahwa perasaan gadis itu sudah tidak ada lagi untuknya. Tapi kenapa ia malah merasa tak rela?
Gilang menoleh ke arah gadis cantik yang mengenakan kerudung biru di sampingnya. Syaquilla. Harus bagaimana uncle mu ini bersikap?
"Uncle mau meneruskan pemeriksaan sekarang?" Pertanyaan Syaquilla membuyarkan pikirannya. Mau tak mau Gilang menegakkan tubuhnya. Mengikuti gadis berkerudung itu menuju ke tempat pemeriksaan.
Tepat pukul tiga sore, mereka memutuskan kalau pemeriksaan dihentikan. Masih ada sepertiga anak penghuni panti yang belum Gilang periksa. Namun karena efisiensi mereka memutuskan untuk melanjutkan pemeriksaan esok hari.
Syaquilla masih membereskan semua file yang dia pelajari yang dia dapat dari bu Teti. Rencananya memang yayasan akan menambah beberapa ruangan baru dan akan dilaksanakan beberapa waktu ke depan. Tepat sekitar pukul empat, Syaquilla baru hendak meninggalkan yayasan. Namun ketika pergi menuju pelataran parkir, dia tidak menemukan supir maupun mobilnya disana. Tapi justru Gilang lah yang sedang duduk di dalam mobil dengan sebuah buku di hadapannya.
Melihat kehadiran Syaquilla, Gilang membuka jendela mobilnya. "Uncle meminta Pak Iwan untuk pulang." Ucapan pamannya itu menjawab pertanyaannya.
"Tapi kenapa?" Tanya Syaquilla bingung.
"Apanya yang kenapa? Kamu mau pergi ke rumah Oma kan? Jadi kenapa tidak sekalian saja dengan uncle?" Saran pamannya itu.
"Tapi, Qilla.." Syaquilla menatap pakaiannya. Itu hanya salah satu alasan yang dia punya untuk menolak pergi bersama Gilang dan pergi ke rumah Oma nya di waktu menjelang akhir acara. Tadinya demikian, namun sekarang? Syaquilla sendiri tidak memiliki alasan lain saat ini.
"Uncle bisa mengantarmu pulang ke rumah untuk berganti pakaian lalu menuju rumah Oma. Atau alternatif lainnya, uncle antar kamu ke butik kenalanmu-karena uncle baru disini jadi uncle tidak tahu harus kemana-membeli baju di sana lalu langsung ke rumah Oma."
Syaquilla bingung sendiri. Apapun pilihan yang di ambilnya, semuanya berujung dengan berduaan bersama Gilang di dalam mobil. "Mungkin butik saja." Jawabnya pasrah. Gilang mengangguk.
Gilang memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah mall ternama. Setelahnya mereka turun dan mencari sebuah butik khusus pakaian muslim. Saat Syaquilla memilih pakaian, Gilang pun melakukan hal yang sama. Syaquilla mendapatkan satu buah gaun sederhana berwarna toska muda bersalur pink yang memiliki kerudung dengan bahan senada. Saat melakukan transaksi pembayaran, Gilang mencegahnya dan pria itu juga mengulurkan tiga buah paper bag berlogo butik itu pada Syaquilla. "Hadiah ulang tahun uncle." Ucapnya menjawab kebingungan Syaquilla.
"Tapi Qilla kan gak ulang tahun, uncle?" Tanya Syaquilla bingung.
"Anggap saja hadiah-hadiah yang sudah uncle lewatkan sebelumnya." Jawabnya dengan datar. "Ambil saja, mumpung uncle sedang baik." Pria itu kemudian meninggalkan Syaquilla yang masih dalam keadaan tercenung tanpa kata.
Syaquilla mengikuti langkah pria itu kemudian. "Uncle, ini kebanyakan." Jawab Syaquilla lagi. Dia memang tidak melihat satu persatu pakaian yang dipilih pamannya itu. Tapi dia tahu ada lebih dari satu pakaian di dalam masing-masing paper bag itu.
"Ya, uncle kan sudah melewatkan beberapa kali ulang tahun kamu. Ditambah ucapan selamat karena masuk UGM, udah gitu hadiah kelulusan kamu. Yah, anggap aja begitu lah." Lagi-lagi Gilang menjawab dengan nada santainya.
"Bukannya seharusnya Qilla yang ngasih uncle hadiah." Jawab Syaquilla. Langkah Gilang terhenti.
"Hadiah? Buat uncle?"
"Ya, kan yang baru saja kembali itu uncle. Yang jadi bintang hari ini juga uncle." Jawab Syaquilla saat Gilang kembali melanjutkan langkahnya.
"Nanti uncle tampung dulu. Biar kamu ngasih uncle hadianya sekalian kayak uncle barusan."
"Tapi kan Qilla gak sekaya uncle. Kenapa ga sekarang aja?" Tawar Syaquilla. Namun Gilang menggeleng.
Mereka sudah kembali ke pelataran parkir. Gilang membantu Syaquilla memasukkan paper bag ke bagian belakang mobil. Lalu kemudian mobil melaju ke kediaman orangtua Gilang.
Ibu Gilang seringkali merecoki Gilang tentang masalah jodoh. Mengingat usia Gilang yang sekarang menginjak tiga puluh lima, dan adik kembarnya yang sudah akan melahirkan anak ke tiga nya, ibunya semakin gencar berusaha menjodohkan Gilang dengan putri teman-temannya. Dan Gilang tahu, hal itupun akan terjadi hari ini. Jadi sebenarnya ia juga enggan untuk datang ke acara yang ibunya sendiri adakan.
Gilang melirik Syaquilla. Bagaimana jika... Dengan cepat Gilang menggelengkan kepalanya. Apa kata orang nanti jika Gilang mengatakan kalau dia menginginkan keponakannya sendiri untuk jadi istrinya? Tentunya semua orang akan mencecarnya. Syaquilla dua belas tahun lebih muda darinya. Sebuah angka yang signifikan tentunya. Terlebih status gadis itu adalah putri sambung dari adik kembarnya. Sekalipun ia tidak memedulikan anggapan orang, tapi bagaimana dengan keluarganya.
Ibunya menyayangi Syaquilla sudah seperti beliau menyayangi Carina. Tapi akankah beliau akan dengan legowo menerima ide Gilang? Lantas bagaimana dengan Adskhan, ayah dari Syaquilla. Apakah pria itu akan bersedia memiliki menantu yang usianya lebih cocok menjadi paman gadis itu?
Gilang dilema. Tapi ia tidak bisa memungkiri perasaannya.
Sementara Syaquilla. Apakah gadis itu masih menyimpan rasa yang sama untuknya? Bagaimana dengan pria bernama Natta itu? Gilang tidak ingin mengganggu hubungan mereka jika saja hubungan keduanya memang sudah sedemikian serius.
Mereka sudah sampai di rumah keluarga Gilang. Gilang memilih untuk tidak memasukkan mobilnya ke dalam rumah. Sengaja supaya ia bisa lebih mudah pergi jika memang dia ingin. Beberapa mobil tampak sudah terparkir rapi di halaman rumah dan bagian luar rumah. Ada mobil yang Gilang kenali disana. Dahinya berkerut, apakah Gilang mengundangnya ke acara ini? Karena setahu Gilang, ia bahkan tidak pernah mengontaknya.
___________________________________________
Maafkan Mimin karena lupa Update ??,,
sebagai gantinya hari ini Mimin kasih triple,, jangan lupa komennya ya...