Valora menatap dengan penuh kasih pada bayi mungil dalam gendongannya, Arkan Amarnath. Nama belakang yang diambil dari Ares, lelaki yang telah mengukir luka dalam di hidupnya. Meski Ares tidak pernah hadir dalam hidup Arkan, Valora tahu bahwa nama itu adalah bagian dari masa lalu yang tak bisa ia hapus begitu saja. Arkan tetaplah anak Ares, meski lelaki itu tidak mau bertanggung jawab ketika Valora mengandung. Suara pintu toko kecilnya terbuka mengalihkan perhatian Valora dari Arkan. Seorang ibu tersenyum ramah sambil melihat-lihat kue di etalase. "Selamat pagi, Mbak Valora! Ada donat dan roti cokelat, kan? Saya mau beli beberapa untuk anak-anak di rumah," ujar ibu itu, ramah. Valora membalas senyum itu sambil menempatkan Arkan dalam kereta bayi yang ada di samping meja kasir. "Pagi, Bu.