Valora menatap kosong ke depan, matanya sembab. Bisikan-bisikan lirih dari para tetangga terdengar jelas di telinganya. Mereka berbisik di antara mereka, tak ada usaha untuk menyembunyikannya lagi. "Dia hamil di luar nikah," ujar seseorang di ujung pagar, lalu disusul oleh yang lain, "Dan lelaki yang menghamilinya bahkan tak mau bertanggung jawab." Valora tahu kata-kata itu ditujukan untuknya. Setiap pandangan sinis dan penuh penilaian mengarah kepadanya.
Valora mencoba melangkah lebih cepat, kepalanya tertunduk, namun itu tidak menghalangi suara-suara itu dari menembus hatinya yang sudah terluka. Hanya dalam waktu sekejap, hidupnya berantakan. Semua yang pernah dia pikir penting, semua mimpinya yang pernah berwarna cerah, kini terasa seperti hancur berkeping-keping.
Di tengah perjalanan
