Selesai makan ubi, Wira mencuci tangan, kemudian berbaring di ujung kasur di dekat kaki Zia. Wira merasa kedinginan, ia mengambil sarung di tasnya. Wira memakai sarung sebagai selimut, kemudian ia tertidur. Wira terbangun karena mendengar suara petir dan suara tangis Zia. Wira langsung memeluk adiknya. "Zia takut, Bang." "Ada Abang, jangan takut ya. Abang pasti jaga Zia." "Zia lapar." "Abang masak mie untuk Zia. Menunggu mie matang, Zia makan biskuit kesukaan Zia dulu ya." "Mau s**u colekat, Bang." "Abang buatkan." Wira berdiri. Air di ceret masih hangat karena ada bara api yang belum padam di bawah ceret. Wira menyeduh satu bungkus s**u coklat sachet. Lalu meletakkan gelas berisi s**u cokelat di depan Zia. "Minumnya pakai sendok, pelan-pelan, ditiup dulu. Abang masak mie untuk