Dua Puluh Tiga

819 Kata

Zuhra duduk menyilangkan kaki, kedua tangan terlipat di d**a, matanya menuntut penjelasan. Di depannya Dirgam duduk dengan tenang, tanpa rasa tegang sedikit pun yang terlihat. "Rumah pohon yang selalu kamu lewati setiap pulang sekolah ingat?" tanya pria itu. Zuhra mengerutkan dahi, raut wajahnya menunjukkan dia sedang berusaha mengingat. "Yang di jalan buntu?" Dirgam mengangguk. "Saya ada di atas tiap kali kamu coba untuk naik meski selalu gagal." "Hah?!" Zuhra membelalak kaget, seingatnya tempat itu selalu sepi karena jauh dari keramaian. Zuhra ingat, dulu jarak antara rumah dan sekolahnya memang tidak terlalu jauh sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Setiap pagi dirinya akan berangkat bersama ayahnya karena searah dengan kantor di mana Pak Albar bekerja. Namun, setiap pulang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN