13.1; 2 Wanita Iblis

1006 Kata
Siang ini kita makan di restoran FM. Sepupuku ingin bertemu kamu. _Adam_ Tillia Januari mengerut kening ketika mendapat pesan dari nomor baru yang ternyata dari Adam, pria yang berstatus sebagai suaminya. Tila menghela napas dan meletakkan kembali ponselnya tanpa membalas pesan dari Adam. Tila memfokuskan perhatiannya pada layar laptop yang tengah menampilkan pekerjaannya. Urusan Adam? Tila akan mencoba untuk tidak peduli. "Selamat siang, Bu." Tila beralih menatap ke arah pintu di mana sosok Lula berdiri dengan perut buncitnya. Berapa usia kehamilan Lula? Tila tidak ingat. Namun, perutnya yang sudah semakin membesar, Tila yakin usianya sudah memasuki 8 atau 9 bulan. Anehnya, wanita itu masih bisa bergerak lincah dan berkeliaran tanpa memikirkan beban yang dia bawa. "Lula, kenapa? Sam bukan berada di lantai ini. Dia di lantai lain." Lula tersenyum kemudian menghampiri meja kerja Tila. Wanita itu duduk tepat di depan Tila dengan kedua tangan bertumpu di atas meja. "Nanti malam mau ada acara ulang tahun Rexy yang ke empat." Lula tersenyum penuh arti. "Aku mau, Mbak datang sekalian bawa suami. Aku juga 'kan mau kenalan sama suaminya Mbak." Tila terlihat menarik napas kemudian menghembuskannya kembali. Membawa Adam ke acara ulang tahun Rexy sepertinya akan sulit. Sebenarnya tidak begitu sulit asal Tila mau buka suara. Hal yang menyulitkan adalah, Tila tidak bisa begitu dekat dengan pria itu. Membawa Adam ke acara ulang tahun putra Lula dan Sam sama saja itu membiarkan ia kembali dekat dengan Adam. Tidak! Sampai kapan pun Tila tidak akan pernah membiarkan dirinya kembali dekat dengan Adam. Tila membencinya teramat sangat. "Adam lagi sibuk. Dia nggak bisa ikut atau gabung." Tila memberi alasan agar wanita hamil dengan perut buncit di hadapannya ini tidak memaksanya untuk mengajak Adam datang ke acara ulang tahun putra sulung Lula dan juga Sam yang ke-4 tahun. "Lho, padahal aku pengen kenalan sama suami Mbak Tila." Ekspresi wajah Lula yang merenggut kecewa sebenarnya sedikit meluluhkan hati Tila. Namun, ketika ingatan masa lalu kembali menghantui pikirannya, rasa kasihannya pada Lula yang ingin bertemu dengan Adam sirna seketika. "Kapan-kapan aja kalau ada waktunya." Tila melirik jam tangannya. "Kamu nggak langsung ke ruangan Sam? Sepertinya dia sudah rindu banget sama kamu." Tila mencoba mengalihkan perhatian Lula agar segera pergi dari ruangannya dan tidak membahas soal Adam lagi. Terlalu Lula di sini bisa-bisa dia akan terus membujuk Tila agar mau membawa Adam. Terbukti dengan ekspresi merenggut Lula kembali cerah ketika mendengar nama suaminya disebutkan. Lula segera pamit dan melangkah keluar dari ruangan di mana Tila bekerja. Tak lama setelah Lula pergi, suara dering ponsel Tila terdengar, membuat wanita itu segera melihat layar ponsel dan mendengus kala tahu yang menghubunginya adalah Adam. "Aku menunggu di luar. Sekarang." Adam langsung memutuskan sambungan telepon sebelum Tila merespon. Wanita itu kemudian menghela napas berat sebelum mengambil tas dan memasukkan ponselnya ke dalam tas. Pria tanpa basa-basi itu memang menyebalkan, pikir Tila dalam hatinya. Tila pamit pada sekretarisnya untuk makan siang di luar. Setelah itu ia turun ke lantai bawah menyusuri lobby hingga tiba di depan kantor dan melihat sebuah mobil yang sudah ia kenali berada di antara kerumunan mobil lainnya. Tanpa menunggu lama, Tila memutuskan untuk langsung masuk ke dalam mobil tanpa menyapa atau menoleh ke sisi pengemudi yang tentu saja disopiri oleh Adam sendiri. "Sepupuku dari luar negeri ingin bertemu denganmu." "Oh." Hanya itu sahutan yang terdengar dari bibir Tila. Selebihnya ia tidak memberi respon apapun lagi. Baginya informasi apapun tentang Adam itu tidak penting. Sementara Adam hanya bisa mendengus melihat tanggapan wanita yang menjadi istrinya tersebut. Jika sedang tidak dalam keadaan mendesak dimana sang sepupu ingin segera bertemu dengan istrinya, mungkin saja Adam tidak akan menurunkan egonya untuk menjemput Tila di kantor wanita itu. Adam tahu Tila bekerja di perusahaan ini dari temannya yang kebetulan juga mengenal Tila. Bahkan, nomor ponsel Tila pun ia dapatkan dari temannya. Benar-benar pasangan suami istri yang aneh. Tak berapa lama mereka tiba di restoran yang dituju. Adam dan Tila turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran menuju sebuah ruangan yang sudah di reservasi oleh sepupu Adam. Saat memasuki ruangan, mereka melihat pasangan suami istri yang lebih dulu tiba. Kedua pasangan suami istri itu masih terlihat muda dan mungkin seusia dengan mereka. Tampak mengobrol dengan akrab dan bahkan menampilkan kemesraan yang membuat banyak orang akan iri ketika melihat mereka. Sayangnya hal itu tidak berlaku pada Tila. "Bro." Adam menyapa sepupu laki-lakinya dan memeluk pria itu singkat. Lalu, beralih bersalaman dengan istri sang sepupu yang juga ikut hadir. "Sehat, Ri?" sapanya pada Riri, istri sepupunya. "Masih sehat dan juga bugar." Riri menyahut sambil tersenyum. Riri kemudian menatap ke arah Tila yang berdiri di belakang Adam. "Ini istri kamu?" Riri menunjuk ke arah Tila tanpa menghilangkan senyumnya. Adam memutar tubuhnya ke belakang, menarik lengan Tila untuk berdiri di sisinya. "Perkenalkan, ini istriku, Tila." Adam memperkenalkan istrinya pada keduanya. "Hei, aku Riri. Ini suamiku, Remi. Senang berkenalan denganmu." Riri tersenyum sambil memperkenalkan dirinya dan juga sang suami. Wanita itu bergerak untuk memeluk Tila sejenak sebelum akhirnya melepaskannya kembali tanpa menghilangkan senyum manisnya. "Aku Tila." Tila tersenyum tipis menyambut uluran tangan Remy dan juga Riri. Mereka duduk di kursi yang sudah tersedia dan memesan makanan pada pelayan yang bertugas menunggu mereka di luar ruangan. Mereka mulai berbincang mengenai beberapa hal. Dari sini Tila mulai mengerti jika Remi dan Riri saat ini sedang tinggal di luar negeri. Keduanya tidak datang saat acara pernikahannya dan Adam berlangsung karena terhalang oleh pekerjaan Remi. Mereka hanya bisa tiba di Indonesia setelah menyelesaikan pekerjaan mereka. Sosok Riri sendiri adalah wanita anggun dan juga ramah. Wanita itu juga tidak segan untuk membagi tips menjadi istri yang baik dan bagaimana cara menyelesaikan masalah. Tidak lupa, wanita itu juga memberi wejangan agar Tila bisa menghadapi sifat dingin Adam yang memang sudah terbentuk sejak lama. Tanggapan Tila hanya senyuman yang tidak sampai ke mata. Lagi pula, Tila tidak memiliki keinginan untuk dekat kembali dengan Adam. Kalau bisa menjauh kenapa harus dekat? batin Tila berucap. Setelah makan siang dan berbincang santai dengan pasangan suami istri tersebut, Adam dan Tila memutuskan untuk kembali ke kantor mereka masing-masing dengan Adam yang lebih dulu mengantarkan Tila kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN