12.2

1007 Kata
Tila tersenyum yang sambil melipat tangannya di atas perut. Di depannya adalah sosok wanita paruh baya yang teramat amat sangat dibencinya. Wanita paruh baya yang tak lain adalah Winar menatap Tila dengan tatapan marah. "Ibu mertua. Ada di sini juga?" Tila tersenyum miring menyapa ibu mertua yang tidak ia sangka akan bertemu di tempat acara seperti ini. "Iya. Kaget kamu melihat saya di sini? Kaget kamu karena saya memergoki kamu selingkuh?" Suara Winar tidak terlalu keras, namun masih tetap mampu menarik perhatian orang-orang sekitar. "Dasar perempuan nggak tahu malu. Perempuan murahan yang sudah punya suami tapi masih pergi dengan laki-laki lain." Tila masih tetap tenang dan santai ketika di maki oleh ibu mertuanya. Tila terkekeh senang dan berkata, "saya nggak kaget ibu ada di sini. Apalagi ini di acara kaum ibu." "Kamu--" "Ah iya, Bu, kami pergi dulu, ya. Ibu pasti sudah ditunggu sama teman-teman ibu untuk berpesta." Tila melirik ke arah teman-teman wanita itu yang tengah menatap ke arah mereka. "Bye, Bu." Tila pergi dari hadapan Winar diikuti oleh Randy di belakangnya. Sementara Winar menggertak giginya kesal atas perlawanan menantu yang teramat sangat ia benci. "Awas aja akan aku adukan pada Adam. Dasar perempuan tidak tahu malu." Winar mendecih sinis kemudian kembali pada teman-temannya. Keesokan paginya saat sarapan tiba, semua orang sudah berkumpul di meja makan termasuk Tila yang bangun sedikit kesiangan. Ini akibat ia tiba di rumah pukul 11 malam dan mengurangi jatah tidurnya sehingga menyebabkan ia harus sarapan bersama keluarga ini. Jika biasanya Tila bisa melarikan diri, maka kali ini ia tidak bisa. Tila menampilkan ekspresi datarnya saat melihat tatapan Winar yang ditujukan padanya. "Enak-enak semalam?" Winar akan memulai aksinya. "Enak-enak apa maksud Mama?" Eddel yang duduk di sebelah Winar menatap mamanya tak mengerti. Kemudian beralih menatap Tila yang masih menampilkan ekspresi tenangnya. "Iya, enak-enak di acara pesta semalam. Kalian tahu nggak siapa yang Mama temukan tadi malam?" Winar menatap anak-anak dan suaminya dengan tatapan serius. Eddel merespon, "siapa, Ma?" Winar tersenyum sinis menatap jijik ke arah Tila. "Siapa lagi kalau bukan w************n ini. Tadi malam mama memergoki dia sedang bersama pria lain di acara ulang tahun Pak HadiKusumo." Adam langsung menoleh menatap ke arah Tila. Adam tidak tahu jika semalam Tila pergi ke acara tersebut dengan pria lain. Ekspresi wajah Adam terlihat dingin dan kaku saat diam-diam ia menatap tajam ke arah istrinya. "Mereka berdua nggak tahu malu. Mereka gandengan mesra di depan umum. Aku saja sampai malu saat teman-temanku tahu dan mengenali wanita ini sebagai istri Adam." Winar memulai karangan ceritanya dengan sangat amat lancar. "Oh, iya? Jadi, wanita ini sudah berani selingkuh terang-terangan di depan umum?" Terlihat ekspresi terkejut dari Eddel. Bahkan, ia melakukan gerakan dramatis dengan menutup bibirnya menggunakan telapak tangan. Winar mengangguk menanggapi pertanyaan putrinya. "Apa menurutmu wanita ini nggak tahu malu?" Winar menatap putrinya dengan tatapan bertanya kemudian melirik ke arah Tila yang diam-diam menikmati sarapannya tanpa terganggu dengan ucapan-ucapan mereka. Winar mengepal kedua tangannya geram melihat ketenangan yang dimiliki oleh menantu bukan idamannya. Winar ingin melihat ekspresi wajah terluka Tila. Melihat bagaimana wanita ini menangis tersedu-sedu menjelaskan pada mereka tentang kesalahpahaman yang terjadi. Namun, sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi jika menelisik dari ekspresi yang ditampilkan oleh wanita itu. "Bukan nggak tahu malu, Ma. Tapi benar-benar dan benar enggak tahu malu," sahut Eddel dengan ekspresi serius. Lalu ditatapnya Tila dan menyeringai sinis. "Berapa ronde kalian tadi malam?" "Eddel, jaga bicaramu. Ini di ruang makan." Aris yang sejak tadi diam akhirnya buka suara. Lalu tatapan pria paruh baya itu beralih menatap istrinya. "Kamu juga, Ma, jangan suka memfitnah orang. Nggak baik," tegurnya pada istrinya. "Lho, aku ngomong fakta, Mas. Dia memang mesraan di depan umum dengan laki-laki lain. Bukan aku sendiri kok yang lihat. Teman-temanku juga lihat," bantah Winar tak terima. "Seharusnya kamu kasih ceramah untuk menantu kesayanganmu ini, bukan aku," tandasnya menatap sang suami tanpa takut. "Cukup! Kita akhiri perdebatan ini dan mulai sarapannya." Setelah itu meja makan terisi keheningan sampai semua selesai menyantap hidangan di depan meja mereka. Tila melangkah keluar dari rumah yang terasa panas. Wanita itu menuju mobilnya yang terparkir di depan garasi milik keluarga Aris Tirtando. Saat akan membuka pintu mobil, tubuh Tila tersentak saat merasakan tubuhnya dibalik paksa oleh seseorang. Tubuh orang itu menghimpit tubuhnya hingga menempel pada pintu mobil. Tila menatap mata tajam milik Adam yang menghunus manik matanya. Tila membalas tatapan tersebut tanpa rasa takut. Wanita itu kemudian menyingkirkan kedua lengan Adam yang mengurung tubuhnya. Namun, tubuh Adam seperti dipaku di tanah tidak bergerak 1 inci pun darinya. "Apa maksud kamu pergi ke pesta dengan pria lain? Kalau kamu mau selingkuh, jangan di depan umum. Itu sangat memalukan aku dan keluargaku." Suara Adam terdengar sangat dingin hingga menembus ke tulang. Giginya terkatup marah menatap tajam pada sang istri yang masih terlihat tenang dan santai. "Saya mau pergi dengan siapapun itu, bukan urusanmu. Sebab, kita menikah dan hidup satu atap bukan untuk saling mengurusi urusan masing-masing." Tila tersenyum miring. "Daripada kamu sibuk mengurusi hidup saya, kenapa kamu nggak sibuk mengurus adik kamu? Adik kamu yang gila itu," cibir Tila membuat Adam marah. Adam mencengkram lengan Tila hingga membuat wanita itu kesakitan. Namun, sepertinya Tila tidak akan sudi menampilkan ekspresi sakitnya. "Jaga bicara kamu. Adikku nggak gila," desis Adam tajam. "Nggak gila? Are you sure? Maybe, belum terlihat sekarang." Tila kemudian mendorong tubuh Adam dengan sekuat tenaga hingga memiliki jarak. "Ingat, jangan pernah mengurusi urusan saya. Kalaupun itu membuat kamu malu, itu bukan urusan saya." "Tapi ini menyangkut harga diriku sebagai laki-laki!" sahut Adam lantang. Dia tidak terima jika Tila menganggap enteng sebuah perselingkuhan dalam rumah tangga. Tila yang akan masuk ke dalam mobil menghentikan gerakannya sementara. Lalu kepalanya menoleh menatap ke arah Adam. "Ngomong-ngomong soal harga diri, apa kamu memilikinya? Harga diri kamu sudah tersapu angin sejak beberapa tahun lalu. Kamu bahkan nggak ada harganya di mata saya." Setelah mengucapkan kata-kata pedas, Tila masuk ke dalam mobil dan melajukan kendaraannya keluar dari halaman rumah Aris Tirtando. Wanita itu meninggalkan Adam yang terpaku ditempat dengan kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya menahan amarah yang tidak tahu akan dilampiaskan pada siapa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN