Terkadang aku takut, Bahwa cintaku bisa menenggelamkanmu, Ke dalam dasar hatiku. Tapi … saat ini ingin kunikmati hari bahagia melihat senyummu. *** Malam mulai merayap, kabut perlahan turun di halaman depan rumah keluarga Alvarendra. Pohon flamboyan di tepi taman tampak bergetar diterpa angin lembut, membuat daun-daunnya jatuh satu-satu seperti tak bisa dihentikan. Mobil hitam Prabu berhenti di pelataran. Dari balik kaca, wajahnya tampak tegang. Bukan lelah. Diliputi sesuatu yang tampak pekat, yaitu keraguan. Dika, asisten setianya segera menyambut di depan pintu, “selamat datang, Pak.” Prabu hanya mengangguk, langkahnya berat menuju ruang kerja di lantai dua. Di balik jendela besar yang menghadap ke taman, rembulan tampak mengintip dengan warna putih yang pucat. Ruangan itu tenang,

