Aku mencintaimu tanpa aksara, Layaknya angin yang bersembunyi, Di balik dedaunan yang gugur. Mengingatmu laksana mengenang permata di balik etalase. Begitu mahal dan tak tersentuh, Hingga aku hanya bisa meenatap lewat pantulan waktu yang tak memihak. *** Sisa pagi itu, mereka habiskan dengan berbincang di teras garasi. Prabu bercerita tentang masa mudanya, bagaimana dia dulu ikut balap jalanan di salah satu kota. Bagaimana Kalinda dulu marah karena mobilnya sering rusak akubat nekat mencoba mesin baru. Suara tawa mereka sesekali terdengar menyatu dengan desir angin yang melintas. Bagi Zevana, hari itu terasa seperti napas pertama setelah lama tenggelam dalam lautan. Dia mulai menyadari, di balik sosok Prabu yang dingin dan tertutup, ada seseorang yang sebenarnya penuh kehidupan

