Bab 4

390 Kata
Raja – Semua Demi Lian Aku menatap punggung polos Lian, bagian di dirinya yang paling aku suka, dia mengambil Bra yang berserakan di lantai dan memasangnya setelah  kami b******a tadi malam. Kami memang b******a penuh nafsu tapi Lian seperti tidak menikmati setiap aku mencumbunya. "Aku mau tugas ke Singapore 1 minggu, ada pertemuan dengan calon investor. Kak Kevin seharusnya yang pergi tapi tugas di Jakarta nggak bisa di tinggal. Jadi aku yang gantiin, bolehkah Raja?" katanya memecahkan keheningan. "Aku larangpun kamu tetap akan pergikan" balasku singkat. "Raja, maafin aku ya masalah tadi... tapi tolong mengerti dengan keadaan ini" balasnya, aku tertawa sinis. "Aku sudah bilang Lian, aku akan menikahinya sesuai keinginan kamu tapi aku tidak jamin akan mencintainya juga seperti aku mencintai kamu" Lian menghembuskan nafasnya dan kembali mendekatiku, dia meletakkan kepalanya di dadaku. "Selama aku pergi... kamu tidur dirumah Hana ya, aku nggak mau kamu tidak ada yang mengurus" mintanya, aku tertawa sinis. "Nggak" balasku singkat. "Please... demi aku" mintanya dengan wajah penuh pengharapan. "Nggak Lian... lebih baik aku tidur sendiri daripada tidur dengan wanita culas itu" tolakku, Lian menatapku dengan tatapan marah. "Hana bukan wanita culas, dia wanita terbaik yang pernah aku kenal... bahkan aku sudah menganggapnya bagai adik sendiri" belanya, selama aku mengenal Lian tidak pernah sekalipun aku melihatnya menyukai seseorang seperti dia menyukai Hana. "Hahahaha adik? Adik kok menikah dengan suami kakaknya" sindirku, Lian mengerucutkan bibirnya. "Au ah... kamu menyebalkan" dia mencubit pinggangku, aku tertawa melihatnya marah dan aku langsung menangkap tubuhnya ketika dia mau pergi. Aku menindihnya dan membuka kembali Bra hitam yang dipasangnya tadi. "Aku belum puas Lian" aku hendak mencium bibirnya tapi dia menahan tubuhku. "Aku akan lakukan apapun, aku akan memuaskan kamu tapi kamu tinggal ya dirumah Hana" nafsu melihatnya telanjang hilang sudah semenjak dia kembali membahas Hana. Aku turun dari tubuhnya dan tidur membelakanginya. "Raja..." dia membelai punggungku, tapi aku masih diam karena marah. Sangat sangat marah. "Maaf ya" Aku memutar tubuhku dan menatapnya dengan tajam "Ketika kita mau b******a pun, dia ada diantara kita... kapan Lian... kapan rumah tangga kita bisa tenang seperti dulu, aku muak!!!" Kataku dengan keras. "Maafin aku ya sayang" dia menyentuh pipiku. Marahpun tidak akan merubah keadaan, karena kini rumah tanggaku dengan Lian tidak akan pernah bisa kembali seperti dulu jika Hana masih ada diantara kami dan satu-satunya cara supaya benalu itu hilang dengan mempercepat proses pembuahan dan membuat dia hamil, dan setelah anak itu lahir, sesuai surat perjanjian aku akan menceraikannya.   ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN