MJ - Chapter 19

1340 Kata
Selama malam berlangsung, Julian sama sekali tak menggubris tangisan yang diberikan Alixe. Alixe terus menerus memohon kepada Julian agar dirinya mau memaafkan kesalahannya dan kembali menjadikan dirinya kekasih Julian, namun keputusan Julian tetaplah sama, Ia sudah tidak mau memiliki hubungan apapun dengan Alixe. Julian pun keluar dan menemui Alixe kembali, "Alixe, Mengertilah" Pinta Julian, "Aku tak mau kau memutuskan aku!" Rengek nya dengan nada yang sangat manja, Julian menggelengkan kepalanya pelan lalu menarik tangan Alixe. "Kita masih bisa berteman! Terimakasih sudah mau menjadi bagian di dalam kehidupan ku, kau yang terbaik Alixe!" "Tidak Julian, bahkan dirimu lah yang terbaik untuk ku! Maafkan aku Julian! Maafkan aku telah mengkhianati mu!" Ucap Alixe kembali. "Alixe aku sudah mengetahui itu di saat aku dipecat di dalam pekerjaan ku! Ada harapan dari mu untuk ku, aku berharap kau mengingat ku saat kau melakukan pengkhianatan. Tetapi tidak, kau malah semakin menunjukkan siapa dirimu! Mengapa aku tidak marah, karena aku pun merasa aku bersalah! Mengapa aku bersalah? Karena membiarkan mu mengkhianatiku!" "Alixe aku hanya meminta kepadamu, lain kali dan lain waktu jika kau menemukan lelaki lain setelah ku, jangan pernah berpikir untuk mengkhianatinya. Kenapa? Karena bisa saja lelaki itu tidaj menerima dan malah balik membuat mu sakit hati, " "Aku harap kau mengerti Alixe, maaf kita tidak bisa lagi bersama!" Seru Julian sembari memeluk tubuh Alixe, Alixe jatuh ke dalam pelukan Julian dan mulai menangis di dalam pelukan Julian. "Terimakasih Julian! Terimakasih sudah mau memaafkan ku! Aku sangat berhutang padamu, terimakasih sudah menyadarkan ku!" Balas Alixe sembari melepaskan pelukan Julian, Alixe pun berpamitan dan segera pergi dari hadapan Julian. Jauh dari jangkauan julian, dua pasang mata sedang memperhatikan keadaan Julian dan Alixe. Mata itu adalah mata Hun dan Meghan dan betapa terkejutnya mereka saat melihat siapa yang menghuni rumah tua yang sedang dalam sengketa sang Ayah nya itu, "Hun, Lihat siapa dia?" Tanya Meghan. "Iya Meghan, aku sedang melihatnya! Lelaki itu, lelaki yang kau renggut pekerjaannya dan ternyata dia mengurus wanita gila itu!" Ucap Hun, "Apakah kau menyesal Meghan?" Tanya Hun. "Tidak untuk apa?" Tanya Meghan, "Untuk apa aku menyesal?" Tanya nya kembali, Hun menggelengkan kepalanya. "Kau membuatnya di pecat Meghan? Kau membuatnya kehilangan pekerjaan! Lalu ayah mu ingin merenggut rumahnya, halaahhh sungguh lengkap penderitaan si Wartawan itu!" Pekik Hun, "Aku merasa kasihan dengannya!" "Kenapa tidak kau pacari saja si Julian ini!" Ucap Meghan. "Siapa? julian? Kau masih mengingatnya ternyata Meghan?" Tanya nya kembali, Meghan menelan ludah nya. Wajahnya memerah menahan malu, diam-diam Meghan selalu memperhatikan wajah Julian yang terpampang di Web site stasiun televisi tempatnya bekerja. "Hun, kembali lagi aku berpikir? Siapa Julian ini? Siapa wanita itu? Dan mengapa Jody ingin merenggut rumah ini! Bagi ku rumah ini biasa saja, tidak ada spesialnya!" "Iya, luas rumah ini dengan rumah yang di tinggali ayahmu dan ibu muda mu saja sangat jauh dan sudah pasti lebih besar dan lebih luas tempat ibu muda mu!" "Ibu Muda? Jangan asal bicara kau! Kau mau mulut mu aku oleskan obat gosok!" Ancam Meghan, ancamannya membuat Hun merasa sangat takut. "Biasa saja Meghan, kau membuatku sangat takut!" Tukas Hun, "Makanya jangan asal berbicara!" Ujar Meghan. "Ya sudahlah, aku akan memikirkan hal ini nanti! Ayo kita pulang, esok carikan aku orang yang bisa memberikan info penting mengenai siapa Julian ini!" Titah Meghan. "Baiklah Meghan, semoga saja esok aku tidak mengecewakan mu! Aku tak mau kau olesi otak ku dengan cairan obat gosok!!" Rengek Hun membuat Meghan tertawa dengan sangat kencang. "Kau tahu saja ancaman baru ku!" "Jelas lah! Salah bicara saja kau akan mengolesi bibir ku, apalagi aku tak menuruti perintah mu! Kau memang wanita terjahat!" Ucapnya kembali. Meghan tak hentinya mentertawakan Hun, wajah Hun memang selalu membuat Meghan tertawa tanpa henti. Dan akhirnya pengintaian rumah tua itu pun di sudahi olehnya, Meghan memutuskan untuk kembali ke hotel karena Ameer sudah menunggunya di sana. Sebelum Meghan pulang, Meghan meminta Hun untuk berhenti di salah satu Drive-Thru sebuah makanan cepat saji kesukaannya. Ia pun tak lupa membelikan makanan untuk Ameer, lelaki yang sangat ia sayangi itu. Dan sesampainya di dalam hotel, Meghan segera duduk di samping Ameer yang terlihat sedang menonton televisi. Meghan membubuhkan kedua kakinya di atas pangkuan Ameer, "Ameer pijit Kaki ku!" "Baik.. No.. " "Kak Meghan! Panggil aku kakak Ameer! " Keluh Meghan kembali. entah ikatan batin atau apapun itu, Meghan seakan memaksa agar Ameer memanggilnya dengan sebutan Kakak. "Mm, baik Kak Meghan!" Sahutnya, Ameer merasa aneh. Meghan selalu memberikan uang kepadanya tanpa harus memberikan sentuhan agar Meghan merasa puas, Meghan melakukan itu karena ia mendengar cerita Ameer mengenai kemiskinan dirinya saat kecil. Apalagi Meghan sangat bermimpi memiliki adik laki-laki, karena dulu Jody sempat mengangkat seorang anak namun anak itu dikabarkan jatuh dan membuatnya meninggal. "Sudah memijat kaki ku, makan dan pergilah tidur!" Ucap Meghan. "Baik Kak!" Ameer pun memberikan pijitan-pijitan kecil di kaki milik Meghan, Meghan merasa sangat senang saat mendapat perlakuan itu. "Meghan, " Panggil Hun, "Mmm," Sahut Meghan sembari memicingkan matanya, "Kau ingin burger kan? Mengapa kau tak memakannya?" Tanya Hun. "Aku akan memakannya! Jangan banyak protes! Pergilah ke kamar mu!" Titah Meghan, "Bawel sekali calon ibu tiri ku ini!" Ledekan Meghan membuat Ameer tertawa dan Meghan menarik tangan Ameer. Ameer terkejut melihat tatapan mata Meghan, "Kenapa Kak Meghan?" Tanya Ameer. "Kau lucu sekali, tertawa lagi Ayok!" Titah Meghan manja. "Hahaha" Tanpa ada hal yang lucu, Ameer pun mencoba tertawa dengan niat memberikan hiburan kepada Meghan. Hun yang melihatnya merasa kesal dan memilih untuk pergi meninggalkan mereka. "Sudah Ameer, hentikan." Titah Meghan kembali, "makanlah, Aku akan mandi. Setelah itu kau tidur ya!" Seru Meghan. Ameer tersenyum, "Ternyata Nona itu sangatlah baik! Dia tidak jahat dan sepertinya dia memang hanya menganggapku adik kecilnya saja! Beruntunglah aku di sayangi orang sekaya dia, apapun yang aku inginkan selalu ia berikan!" Ucapnya dalam hati, ia merasa lapar dan segera memakan makanan yang di belikan oleh Meghan. Setelah beres memakan makanan itu, Ameer segera pergi ke dalam kamarnya. Kebetulan Meghan memesan kamar hotel yang sangat besar, terdapat 3 kamar di dalam satu ruangan hotelnya. Tak hanya 3 kamar saja, ruangan itu terdapat sebuah ruang tamu, dapur dan balkon yang amat besar. Bahkan Meghan sengaja memiliki Private pool untuk memudahkannya berenang, dan hal ini sangat membuat Ameer takjub. Meghan sudah selesai mandi, ia sedang memakai pakaian lingerlie berwarna pink kesukaannya. Di sana, Meghan memikirkan kembali sosok Julian dan sosok Amelia yang terlihat gila olehnya. "Siapa wanita itu? Apa hubungannya bersama Julian? Haduh... Banyak sekali teka-teki yang harus aku pecahkan karena mu Jody!" Keluhnya. "Kau memang orang tergila yang pernah aku kenal Jody! Entahlah aku merasa bingung dengan mu!" Tambahnya kembali. Ide gila pun muncul di dalam benaknya, ia segera meminta Hun untuk datang ke dalam kamarnya dan memberitahu Hun mengenai Ide Gila tersebut. "Datanglah kekamarku! Aku akan memberitahu sesuatu padamu!" ~ Pesan Meghan untuk Hun. "Baiklah Tunggu sebentar!" ~ Balasan Hun. Tak lama kemudian Hun pun datang menemui Meghan kedalam kamarnya, "Ada apa Meghan?" Tanya Hun. "Aku memiliki sebuah ide, " Sahutnya. "Ide apa?" Tanya Hun. "Aku akan mendekati Julian! Aku akan membuatnya menceritakan bagaimana bisa rumah itu menjadi sengketa, ya setidaknya aku akan mencari tahu semuanya dari Julian!" Jelas Meghan. "Ide tergila ini menurut ku!" Ucap Hun. "Why? " "Ya, kau akan merendahkan dirimu sendiri!" Ucap Hun, "Dan aku rasa itu tidak mungkin!" Pekiknya. "Mm, tidak mungkin!" Dahi Meghan berkerut, "mungkin saja kalau aku melakukan itu semua," Ucapnya pelan. "Ya lakukan lah kalau kau mau, apa alasannya saat kau mendatangi dirinya Nanti?" Tanya Hun. "Aku akan meminta maaf atas kesalahan ku karena membuatnya di pecat, ya bilang saja kalau aku mencari rumahnya!" Tutur Meghan kembali. "Apa kau benar-benar gila?" Tanya Hun. "No! Apapun akan aku lakukan Hun! Aku akan melakukannya, aku ingin tahu misteri apa yang di sembunyikan oleh nya!" Ucap Meghan sedikit berteriak, "Aku tidak mau dia membuat orang-orang lemah menderita, khususnya Julian! Aku sadar apa yang aku lakukan terhadapnya adalah kesalahan!" Ucap Meghan kembali. "Baiklah Meghan aku mengerti maksud mu!" "Beri aku ide lainnya, bagaimana kalau Julian tak mau menerima ku?" Tanya Meghan. "Tidak mungkin, dia pasti memaafkan mu! Aku rasa Julian orang yang sangat baik!" Ucapnya, "Semoga saja!" Ucap Meghan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN