MJ - Chapter 18

1435 Kata
Julian... Julian ... Julian ... Teriakan Amelia terdengar sangat jelas, Julian yang terlihat sedang mengemas pakaian-pakaiannya itu seketika berlari untuk menghampiri keberadaan Amelia. Saat Julian keluar, tidak ada siapapun di sana. Tetapi Amelia terlihat sangat ketakutan, "Ada apa Tante?" Tanya Julian. "Mobil Hitam itu, mobil hitam itu... " Teriaknya berulang, "Julian! Aku takut... " ucapnya. Ia mengingat jika sebelumnya Ameer pun datang memakai mobil berwarna hitam, "Itu Ameer Tante!" "Tidak Julian! Dia orang yang menginginkan rumah ini!! " Teriak Amelia kembali, nada histeris di berikan Amelia dan Julian merasa sangat iba dengan apa yang di alami Julian. Julian pun berjalan ke arah luar, ia melangkahkan kakinya dengan sangat berat. Baginya sosok orang yang membuat tante nya seperti itu sangatlah berbahaya, Julian pun sempat mengingat wajah lelaki itu namun hanya sekilas dan akhirnya bayangan mengenai wajah lelaki itu sirna di dalam ingatannya. "Julian Ameer kemana? suruh dia pulang! julian!" Ucapnya kembali, Julian menggelengkan kepalanya. Julian berjalan menuju halaman rumahnya, ia menilik serta memperhatikan keadaan di luar sana. Namun, tak ada siapapun di luar sana. Julian hanya melihat satu buah mobil berwarna merah klasik, Julian berniat menghampiri mobil tersebut. namun saat ia mencoba untuk mendekati mobil merah itu, Amelia kembali berteriak. "Juliaaaaannnnnnn......." Panggil Amelia. "Iya Tante, " Julian segera berlari menghampiri Amelia. Sosok orang yang berhenti dan memperhatikan Amelia itu adalah Meghan, Meghan lah yang tadinya ingin mendekati Amelia. Namun sayang, Meghan datang dengan Hun yang memakai dasi sehingga membuat Amelia berteriak dengan histeris. Saat Hun keluar dari dalam mobil, Amelia langsung berteriak keras. Meghan sangat terkejut dan meminta Hun untuk masuk kembali, "Siapa wanita itu?" Tanya Meghan. "Entahlah, Tuan Jody selalu tertutup. Jika aku bertanya mengenai rumah dan tanah yang selalu ia gugat selalu saja ada alasannya!" Ujar Hun, "Padahal rumah tua itu dan tanah tak seberapa untuk nya, entahlah aku bingung dengan Tuan Jody!" Tambahnya. "Hun, nanti kita kembali dan melihat siapa saja yang tinggal di sana!" Pandangan Mata Meghan seakan kosong, ia tak mengerti mengapa Ayahnya selalu berbincang mengenai rumah itu bersama orang-orang kepercayaan nya. "Baiklah Meghan," Meghan terus menerus berpikir siapa sosok Amelia, Meghan merasa iba karena merasa Amelia adalah orang yang tersakiti oleh Ayahnya. Ia mengingat bahwa Ayahnya pernah berbincang dengan seseorang mengenai sosok wanita yang gila karena terlalu mencintainya, ia benar-benar mengingat satu persatu permasalahan ayahnya yang pernah di dengar olehnya. "Jody, Aku harus menghubungi Jody!!" Ucap Meghan. "Untuk apa?" Tanya Hun. "Aku ingin mencari tahu, mengapa Jody selalu datang ke Amerika! Ini lah jawabannya mengapa aku ingin sekali menemukan alamat rumah tua itu!" Ucap Meghan tegas. "Hun, pernahkah kau berpikir dengan sikap ayah ku? Benar apa kata mu, untuk apa Ayah ku menggugat rumah tua itu?" Tanya Meghan seraya berpikir, "Sesuatu terjadi di dalam masa lalu nya dan aku ingin sekali mencari tahu! Hun malam ini aku dan Ameer akan tetap pergi dinner, dan aku minta kau tetap menyelidiki siapa saja yang tinggal bersama wanita itu!" Hun mengangguk tanda ia menyetujui perintah yang Meghan berikan. "Mm, Hun! Tidak tidak! Aku akan menyuruh Ameer saja yang menyelidik siapa saja yang tinggal di sana! Dia kan orang Amerika!" Ucap Meghan. "Aku tidak setuju! Walaupun dia Orang Amerika, tetap saja dia anak kecil yang polos! Tidak-tidak!" Ucap Hun menolak, Meghan kembali berpikir. Hun menarik tangan Meghan, "Sudah biar aku saja yang mencari tahu!" "Kalau begitu aku ikut! Biarkan aku membatalkan dinner bersama Ameer dan aku akan meminta Ameer untuk tetap tinggal di Hotel!" Ujar Meghan. "Ya Sudah, " Sahut Hun. Meghan terus menerus memikirkan hal itu, "Kalau memang Jody ingin menggugat rumah itu, dia bisa saja segera mengusirnya. Tidak perlu drama sana sini! Aku yakin, ini semua memang terdapat rencana buruk dari Jody! Dia memang lelaki b***t!! Aku menyesal karena lahir sebagai anaknya!" Ucap Meghan kembali di dalam hatinya, ia sengaja mencari tahu. Sebenarnya permasalahan ini sudah sangat lama Meghan dengar, apalagi di dalam berkas gugatan nama Meghan lah sebagai ahli waris utama untuk rumah yang di tempati Julian dan Meghan merasa ingin tahu dengan keadaan semua ini. Walaupun ia menjadi ahli waris utama dari Jody, tetap saja Jody menutupi semuanya dari Meghan. Meghan harus bersusah payah untuk mencari tahu kejahatan serta rahasia dari sang Ayah, Meghan merasa ayahnya memang kurang baik dan selalu menyimpan rahasia. ^^ Setelah Julian berlari untuk menghampiri Amelia, Julian segera memeluk tubuh tantenya itu. Julian mengajaknya untuk masuk dan memberikan tantenya segelas air putih, ia berharap Amelia lebih tenang dari sebelumnya. "Tante mau makan?" Amelia menggelengkan kepalanya, "Tidak! Julian dengarkan aku, aku mohon jangan biarkan rumah ini jatuh ke tangan lelaki itu! Di belakang sana, makan Ayah dan ibu mu tertanam! Aku mohon!" Ucap Amelia. "Julian carilah uang yang banyak! Kita harus menangkan kasus kematian orang tua mu! Orang tua mu tidak mati karena kecelakaan Julian, mereka di bunuh! Di racun! Tolong percayalah!" Ucap Amelia kembali seraya menjelaskan, Amelia mencoba meyakinkan Julian namun Julian seakan tak mempercayai Amelia. "Julian, ini lah alasannya mengapa Tante tidak mau lelaki itu tahu bahwa Ameer adalah anak Tante! Tante tidak gila Julian, tante hanya takut ..." "Iya Tante, Julian tahu! Tante, sudahlah tante istirahat ya! Ameer baik-baik saja di sana bersama Marcel, mm iya Ameer tadi kesini dia sedang ada pekerjaan di sini. Nanti Julian meminta Ameer untuk segera pulang!" "Dia tidak boleh kembali Julian! Tidak boleh kembali ke Inggris! Aku akan menjaganya di sini!" Ucap Amelia, kalimat Amelia semakin terdengar tidak jelas di telinga Julian. Entah mengapa Julian menganggap bahwa Amelia memang sedang merasa kacau, Julian pun mencoba menenangkan Amelia. Julian memeluk Amelia dan mencoba mengusap punggungnya, "Bukan hanya orang tua mu yang di bunuh olehnya! Tetapi ia juga ingin membunuh anak ku Ameer, aku takut hal itu terjadi Julian" "Ssshhhh!!! " Julian mendesis, "Sudah tante, biar Julian yang atasi semuanya. Tante tenang ya! Ameer baik-baik saja! Ia tidak akan mengira jika Ameer adalah anak tante, sabarlah Tante ku mohon!" Ucap Julian kembali. Satu jam pun berlalu, Julian tetap memeluk tante nya yang masih saja merasa ketakutan. Banyak hal yang hinggap di dalam benak Julian, "Lelaki itu, membunuh, makam Mama dan Papa, diracuni." Julian menggeleng pelan, "Apa itu? Aku harus membuka dari mana kebenaran ini? Entahlah aku merasa bingung! Tuhan bantu aku!!" Ucap Julian lirih sembari menatap wajah sang Tante yang tertidur di dalam pelukannya. "Aku tak mengerti mengapa permasalahan ini sungguh berat, lima belas tahun sudah aku mendengar berbagai permasalahan Tante ku, Ameer adik ku pun menjadi korban dari kejahatan ayah kandungnya sendiri hingga membuatnya diakui sebagai anak dari Papa ku!" Ujar Julian kembali, dahi nya berkerut. "Siapa dia? Mengapa aku tidak mengingat sosok nya! Siapa dia Tuhan, tolong ingatkan aku akan wajahnya!" "Wajah Ameer? Tidak, dia tidak mirip! Ameer lebih mirip dengan ku dan Tante Amelia!" "Ahhhh sudah Aku pusing! Aku tidak peduli dengan apapun itu, aku hanya ingin membuat Tante Amelia menjalani kehidupan yang normal, sudah itu saja!!" Pekiknya, Ia pun segera mengangkat tubuh Amelia dan memindahkannya ke ranjang milik tante nya. Lalu ia berjalan kembali menuju teras, di sana sosok Alixe sudah terlihat mematung tanpa berkata apapun. "Alixe?" Sapa Julian. "Maafkan Aku Julian!" Ucap Alixe. "Maaf?" Tanya Julian, "Untuk Apa?" Tanya nya kembali. "Karena semalam aku sudah membuatmu kecewa! Aku mabuk dan aku ... " "Alixe aku sudah memaafkan mu!" Ucap Julian, "Benarkah?" Tanya Alixe. "Iya!" Sahut Julian singkat "Kau memang lelaki yang sangat baik!" Ucap Alixe, "bolehkah aku memeluk mu?" Tanya Alixe kembali. "Boleh, peluklah aku... " Ucap Julian, Alixe segera memeluk tubuh kekasihnya. Lebih tepatnya mantan kekasihnya, lalu Julian mengusap wajah Alixe dan menatapnya dengan sangat lembut, "Peluk aku untuk terakhir kalinya!! Pergilah dan jangan pernah kembali Alixe, karena di saat kau berkata seperti itu, aku hanya berharap hati aku kuat dan benar, aku kuat, aku ingin melepaskan mu! Aku tak berarti apapun untuk mu!" Ucap Julian, Alixe terkejut dengan apa yang di ucapkan Julian. Julian memegang kedua pipinya menggunakan kedua tangannya, "Kau cantik, kau hebat, kau akan mendapatkan sosok lelaki kaya! Bukan aku, bukan aku yang selalu menyusahkan mu! Dan aku hanya ingin bicara, Maaf karena selalu menyusahkan mu!" "Pergilah Alixe, pergilah!" Titah Julian sembari melepaskan tangan Alixe yang melingkar di belakang punggungnya, Julian kembali masuk kedalam rumah sembari meninggalkan Alixe. Alixe terdiam dan terpaku saat melihat sikap Julian, namun Alixe merasa bangga karena Julian masih mau memberikan maaf untuk nya. Alixe berteriak sedikit, "Julian, Maafkan Aku! Maafkan Aku! Maafkan Aku! Aku yang salah! Aku memang salah, aku melepaskan mu, namun aku yang merasa kehilangan! Aku harap kau bahagia Julian, Aku selalu mencintai mu dan Aku menyesal mengatakan semua hal yang kini membuatmu menjauh dari ku!" Ucapannya di iringi isak tangis, Julian pun mendengar semua curahan hati yang sedang di ucapkan oleh Alixe. Air mata nya menetes, tidak dapat ia pungkiri jika sosok Alixe pernah menjadi wanita yang sangat ia cintai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN