Banyak pertanyaan yang berseliweran di benakku, namun aku tak ingin menayakanya. Takut merubah mood dan suasana yang sudah terbangun dengan sangat indah. Beberapa teleponku bergetar namun aku tak mau mempedulikannya. Hanya telpon dari Mama yang akan aku respon. Dan itu sangat kecil kemungkinannya. Dari dulu Mama tidak pernah menelpon dalam waktu yang tidak tepat kecuali ada kepentingan yang sangat-sangat mendesak. Saat ini tidak ada hal yang penting selain memberikan layanan maksimal pada si jagur yang sudah lama tersiksa dan butuh sedikit rekreasi. “Mas, mau minum dulu gak?” tanya Reni setelah lelahnya mulai menghilang. “Boleh, aku pengen ngopi lagi, Ren,” balasku. Reni mengangguk lalu memeluk dan mecium pipiku dengan sangat mesra. “Beruntung sekali wanita yang nanti jadi istri Ma