“Aa..Plaaas banguuun. Aa Plaaaas bangun…” Terdengar sebuah suara yang sangat familiar memanggil-manggil namaku sambil memukul-mukul wajahku. Suara yang telah menjadi nyanyian laing indah untuk membangunkan tidurku. “A Plaaaaas udah ciaaang, banguuun.” Suara itu makin tak sabar. Si Ganteng Patria sang idola hatiku memang selalu tak sabaran. Tak ada jalan lain untuk menghentikan aksinya selain menuruti apa keinginangnya. Aku pun bangun dan segera meraih tubuhnya yang menunggangiku lalu mendekapnya dalam pelukanku seraya menghujaninya dengan ciuman yang membabi buta. “Aa Plaaas bauuuuuuu….” teriaknya seraya kembali memukul-mukul wajahku dan kedua kakinya pun aktif menendang bagian tubuhku sekenanya. Namun mulutku yang katanya bau itu makin buas menularkan aroma naga ke wajah gantengnya h