Harven menarik Rielle ke dalam pelukannya, begitu erat, hangat, dan menenangkan. Tidak ada kata yang diucapkan di antara mereka. Hanya keheningan yang menaut, dan detak jantung yang saling berpaut, seolah ingin meredam segala gundah yang mengendap di d**a masing-masing. Rielle menenggelamkan wajahnya di d**a Harven, mendengarkan irama jantung suaminya yang stabil, sebuah irama yang seolah berbisik, "aku di sini, bersamamu." Bagi Harven, pelukan itu bukan sekadar bentuk kasih, melainkan penegasan, bahwa perempuan di pelukannya kini adalah miliknya, dan ia berniat menjaganya sampai akhir napasnya. Ia bukan pria yang sempurna, ia tahu itu. Ia pernah jatuh, pernah tersesat dalam hubungan yang keliru. Tapi dari luka-luka itu, ia belajar. Tentang kesetiaan, tentang kehilangan, dan tentang bag

